Final Liga Champions: 14 untuk Real Madrid atau 7 untuk Liverpool

Rully Fauzi Suara.Com
Jum'at, 27 Mei 2022 | 13:50 WIB
Final Liga Champions: 14 untuk Real Madrid atau 7 untuk Liverpool
Bola resmi Liga Champions. [FRANCK FIFE / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nyaris sepertiga dari total gelar juara Liga Champions dan kompetisi pendahulunya, Piala Champions, dimenangi oleh Real Madrid dan Liverpool, dua tim yang akan bertemu di partai final edisi 2021/2022.

Real Madrid punya 13 gelar, sedangkan Liverpool enam, dan laga final di Stade de France, Paris, Prancis pada Sabtu (28/5/2022) esok waktu setempat atau Minggu dini hari WIB nanti akan menjadi penentuan angka mana yang akan berubah, mewujud jadi tujuh atau menggenapkan 14.

Ini menjadi pertemuan ketiga kedua tim di panggung tertinggi sepak bola level klub Eropa. Real Madrid memenangi edisi 2018 di Kiev, membalaskan luka lama yang ditorehkan Liverpool dalam perjumpaan pertama pada 1981 yang juga kebetulan dilangsungkan di Paris.

Rekam jejak pertemuan kedua tim memperlihatkan Real Madrid punya keunggulan dengan empat kali kemenangan dan hanya tiga kali kalah dalam delapan perjumpaan. Bahkan Real Madrid mampu menjaga catatan nirkalah dari Liverpool dalam lima pertemuan terakhir.

Baca Juga: Gary Neville: Liverpool Tak Bisa Imbangi Kualitas Lini Tengah Real Madrid

Real Madrid berkesempatan untuk mengawinkan trofi Liga Champions dengan gelar juara Liga Spanyol yang sudah mereka menangi sejak sebulan lalu.

Sedangkan Liverpool berpeluang untuk menambah koleksi gelar mereka setelah memenangi Piala Liga Inggris dan Piala FA. Kesempatan mereka untuk menorehkan caturgelar dipupuskan oleh Manchester City di Liga Premier Inggris, tetapi Liga Champions bisa membuat Liverpool menghiasi mereka dengan raihan trigelar.

Banyak kalangan menganggap Real Madrid melewati jalan yang lebih terjal menuju final mengingat mereka berhasil menyisihkan runner-up 2020 Paris Saint-Germain, juara bertahan Chelsea, dan runner-up musim lalu Man City.

Bahkan Real Madrid juga memperlihatkan heroisme mereka dengan membalikkan ketertinggalan agregat 0-1 kontra PSG, serta menang lewat babak tambahan atas Chelsea maupun Man City.

Sementara itu Liverpool menemui lawan-lawan yang bagi sebagian orang dinilai lebih mudah, yakni "hanya" menghadapi Inter Milan, Benfica, dan Villarreal.

Baca Juga: Carragher Sebut Madrid Cuma Beruntung, Yakin Liverpool Juara Liga Champions

Namun, pada akhirnya anggapan-anggapan itu maupun rekam jejak gelar juara 67 tahun kompetisi tidak akan berarti di Stade de France nanti.

Antara tujuh dan 14 akan ditentukan dalam pertarungan 90 menit, 120 menit atau kalau perlu lewat tos-tosan adu penalti.

Menggali Motivasi dari Kenangan Pertemuan di Kiev 2018

Konfeti yang melekat di badan, leher berkalung medali emas dan kesempatan mengangkat serta menciumi trofi Liga Champions nan prestisius jelas sudah cukup menjadi motivasi bagi Real Madrid maupun Liverpool menjelang pertarungan di Stade de France nanti.

Namun, kenangan pertemuan di Kiev 2018 jelas menjadi motivasi alamiah lain bagi Liverpool karena ketika itu selain cedera tragis Mohamed Salah, mereka juga kalah setelah dua dari tiga gol lahir dari blunder kiper Loris Karius.

Meski setahun kemudian Liverpool berhasil mengobati kekecewaan dengan meraih trofi Liga Champions 2018-19, Salah agaknya masih sukar untuk melupakan kenangan pahit di Kiev.

"Setelah pertandingan dan mengetahui hasil, sebab saya di rumah sakit dan diberitahu oleh Hendo (Jordan Henderson). Saya langsung terpikir: 'Kami tidak bisa kalah dengan cara seperti ini'," kata Salah dalam jumpa pers jelang final dikutip dari situs resmi Liverpool, Rabu (25/5).

Ditambah lagi, Minggu (22/5) pekan lalu, kesempatan mereka mencetak sejarah sebagai tim Inggris pertama yang meraih caturgelar pupus lantaran Manchester City mengamankan gelar juara Liga Premier Inggris.

Kiev 2018 dan kesempatan "menghibur" diri dengan trigelar adalah sumber motivasi tersendiri bagi Salah.

Berbeda dengan Salah yang tampaknya sulit melupakan Kiev 2018, manajer Liverpool Juergen Klopp mengaku ia tidak percaya dengan terma "balas dendam".

"Saya memahaminya, tapi saya pikir balas dendam bukanlah ide fantastis. Saya memahaminya, tapi saya yakin itu bukan hal yang tepat," katanya.

Alih-alih revans dan segala tetek bengeknya, Klopp memilih untuk kembali membumi sembari menegaskan bahwa tampil di final Liga Champions bukanlah sebuah kesempatan yang bisa dimiliki sembarang kesebelasan.

"Segalanya baik-baik saja antara saya dan Real Madrid, ini sepak bola di level tertinggi dan siapapun yang berpikir ide bagus untuk memberi kami kesempatan menang kali ini, saya pikir itu akan menjadi kisah bagus, tapi itu tidak akan terjadi karena 2018, melainkan apabila kami mengambil keputusan tepat di atas lapangan dan saya harap kami bisa melakukannya," ujar Klopp.

Motivasi Pasukan Carlo Ancelotti

Carlo Ancelotti, yang mengantarkan Real Madrid melewati garis La Decima pada 2014, menganggap apa yang dilontarkan Salah bisa menjadi motivasi tersendiri bagi Los Blancos.

"Sejarah mencatat Real Madrid juga pernah kalah di sebuah final di Paris. Kami bisa mencari motivasi yang sama sebagaimana Salah di Liverpool. Kami menghormatinya, dia seorang pemain hebat dan tentunya akan menjadi ancaman," kata Ancelotti.

Ancelotti menjelaskan satu-satunya yang mungkin ia harapkan adalah tidak perlu mengulangi situasi sulit seperti ketika menyingkirkan PSG, Chelsea, atau Man City.

Real Madrid harus membalikkan agregat dari PSG, membutuhkan babak tambahan waktu kontra Chelsea untuk lolos dari perempat final, serta bertopang pada dua gol dramatis Rodrygo di leg kedua semifinal untuk membalikkan keadaan di babak tambahan melawan Man City.

Kali ini, Ancelotti berharap Real Madrid tidak harus bersusah payah mengeluarkan diri dari lubang yang dalam di final nanti, dan kalau perlu memaksa Liverpool berada di situasi tersebut.

"Kami ingin Liverpool yang berusaha membalikkan keadaan. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi kami begitu menghormati mereka. Mereka sungguh luar biasa di Liga Champions musim-musim belakangan. Ini akan menjadi final menghibur yang berimbang dan sarat pertarungan keras," ujar Ancelotti.

Sementara Benzema tampaknya sama sekali telah melupakan Kiev 2018 di mana ia mendapat gol cuma-cuma dari blunder Karius.

Bagi Benzema yang terpenting saat ini adalah menutup musim dengan kenangan terbaik untuk timnya serta para pendukung.

"Saya tidak merasakan tekanan. Satu-satunya tekanan mungkin di lorong menuju lapangan, tapi itu akan menguap di atas rumput hijau. Kami hanya ingin menikmati kesempatan ini dan membuat para suporter bahagia," ujarnya.

"Saya harap kami bisa memenangi pertandingan Sabtu dan membawa trofi Liga Champions kembali ke Madrid. Anda dan kami bersama-sama di sini, Anda akan membantu kami menjuarai Liga Champions, sesuatu yang teramat penting bagi kami," kata Benzema dalam pesannya yang diarahkan kepada Madridistas.

Mari menantikan dan menyaksikan apakah enam yang akan mewujud menjadi tujuh atau 13 berubah genap menjadi 14.

[Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI