Suara.com - Pemain klub sepakbola Paris St-Germain, Idrissa Gueye, menolak bertanding untuk timnya demi menghindari mengenakan seragam bercorak pelangi yang menyiratkan dukungan kepada hak-hak kelompok LGBTQ+.
Informasi ini didapatkan jurnalis BBC Sport, walau pelatih PSG, Mauricio Pochettino, menyebut pemain asal Senegal itu absen dari pertandingan karena alasan pribadi.
Gueye, mantan gelandang klub Aston Villa dan Everton berusia 32 tahun, absen dalam kemenangan 4-0 PSG atas Montpellier, Sabtu (14/05).
Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) dilaporkan telah melayangkan surat kepada Gueye untuk mengklarifikasi mengapa ia absen dalam pertandingan tersebut.
Baca Juga: Mahfud MD Sesalkan Ada Ahli Hukum yang Tidak Teliti Sikapi Polemik LGBT, Begini Katanya
BBC Sport telah menghubungi perwakilan Gueye untuk memberikan tanggapan.
- Euro 2020: Para penonton melakukan unjuk rasa pro-LGBT pada pertandingan Jerman-Hungaria
- Piala Dunia Perempuan: Kenapa ada jauh lebih banyak pemain gay pada sepak bola perempuan dibandingkan sepak bola pria?
- Piala Dunia 2018: 'Ruang aman' bagi fans LGBT ditutup
Adapun, Cheikhou Kouyate dari Crystal Palace dan Ismaila Sarr dari Watford mengunggah dukungan terhadap sikap rekan senegara mereka di media sosial.
Kouyate mengunggah foto dirinya bersama Gueye di Instagram dengan keterangan yang menyebut Gueye "pria sejati". Sementara Sarr mengunggah foto dirinya dan Gueye yang disertai dengan tiga emoji hati dan keterangan "100%".
Menanggapi unggahan Sarr, Watford menegaskan komitmen mereka terhadap kesetaraan dan keragaman. "Ini termasuk kesediaan untuk menawarkan pendidikan dan dukungan kepada setiap stafnya."
Pada konferensi pers Rabu lalu, manajer Crystal Palace, Patrick Vieira, mengatakan akan berbicara dengan pemainnya sehubungan dengan unggahan yang berkaitan dengan Gueye. "Ini akan menjadi pembicaraan internal," tambahnya.
Baca Juga: Singgung LGBT, Mahfud MD Ingatkan Ahli Hukum Tak Terjebak Keberpihakan Politik
Homoseksualitas perbuatan ilegal di Senegal. Pelakunya bisa dihukum penjara hingga lima tahun. Homoseksualitas juga dinyatakan ilegal di Qatar, negara asal pemilik PSG dan tempat Piala Dunia 2022 akan digelar pada akhir tahun ini.
Tren teratas Twitter pada Rabu lalu adalah tagar #WeareallIdrissa di mana cuitan yang diunggah berisi dukungan terhadap sikap Gueye.
Sikap Gueye itu kontras dengan tanggapan yang positif dari penggemar sepak bola kepada pemain depan Blackpool berusia 17 tahun, Jake Daniels yang mengungkap orientasi seksualnya sebagai seorang gay pada Senin lalu.
Jake Daniels disebut sebagai pesepakbola profesional gay pertama di Inggris setelah Justin Fashanu mengaku gay 30 tahun lalu.
Terkait isu ini, sepak bola disebut tertinggal jauh dari olahraga lainnya, termasuk jika dibandingkan sepak bola perempuan.
Terdapat 40 pesepakbola perempuan yang secara terbuka menyatakan diri mereka sebagai gay, lesbian, dan biseksual pada ajang Piala Dunia 2019.
Rugby, kriket, dan atletik memiliki komunitas yang terbuka dalam urusan homoseksual sejak beberapa tahun lalu.
Selain absen dalam pertandingan kontra Montpellier, Idrissa Gueye juga melewatkan pertunjukkan solidaritas yang digelar tahun 2021. Dia ketika itu beralasan mengalami gastroenteritis atau flu perut, menurut surat kabar Le Parisien yang pertama kali melaporkan alasan ketidakhadirannya.
Kantor berita AFP, Rabu (18/05), menyatakan telah melihat surat dari dewan etik FFF yang meminta Gueye untuk menjelaskan mengapa dia melewatkan pertandingan tersebut.
Surat itu, kata AFP, meminta Gueye untuk "mengeluarkan permintaan maaf kepada publik" atau mengatakan bahwa desas-desus yang menyebut dirinya menolak bermain "tidak berdasar".
Dalam surat itu juga disebutkan, jika dia menolak untuk bermain itu artinya dia "membenarkan perilaku diskriminatif".
Bagaimanapun, sikap Gueye mendapat dukungan dari politikus terkemuka Senegal.
Presiden Senegal, Macky Sall, misalnya, menulis di Twitter bahwa keyakinan Gueye sebagai muslim harus dihormati.
Adapun Menteri Olahraga Senegal, Matar Ba, mengunggah cuitan bahwa Gueye didukung oleh rakyat Senegal. Dia juga membagikan gambar Gueye yang sedang berziarah ke Mekah.
LGBTQ+ di sepak bola
Dalam dua musim terakhir, klub-klub di Prancis telah diundang untuk memperingati Hari Internasional melawan Homofobia, Transfobia dan Bifobia pada tanggal 17 Mei. Peringatan itu dilakukan dengan mengenakan seragam bercorak pelangi di bagian belakang.
Meski begitu, homofobia masih menjadi masalah besar dalam sepak bola. Di lapangan maupun tribun, kata-kata berbau ejekan maupun hinaan bernuansa homofobia sering terdengar.
Badan amal dan banyak klub sesungguhnya telah berkampanye hingga ke akar rumput untuk mengubah perilaku yang berlangsung selama bertahun-tahun itu. Hal tersebut menjadi pertanda bahwa komunitas sepak bola mengambil langkah mengatasi isu ini.
Baru-baru ini, penyerang klub Inggris, Blackpool, Jake Daniels, mengakui dirinya sebagai gay. Itu menjadi momen yang menentukan, baik dirinya secara pribadi maupun untuk sepak bola Inggris secara keseluruhan.
Sekitar 30 tahun lalu, Justin Fashanu adalah pesepakbola aktif terakhir di Inggris yang merasa cukup nyaman untuk terbuka sebagai gay.
Sejak saat itu, olahraga ini telah berubah secara signifikan. Josh Cavallo, Thomas Hitzlsperger, dan Thomas Beattie membagikan cerita mereka sebagai gay di dunia sepak bola.
Laki-laki gay dan biseksual sejak masa itu bisa bermain secara reguler di kompetisi tingkat akar rumput di Inggris. Anda barangkali juga akan kesulitan menemukan klub di Inggris yang tidak memiliki basis pendukung LGBTQ+.
Namun untuk semua kemajuan itu, tak seorang pun yang bermain secara profesional di Inggris merasa cukup nyaman untuk mengungkap identitas seksual mereka.
Hanya dengan beberapa kata sederhana, Jake Daniels telah mengubah situasi.
"Sekarang adalah saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Saya siap menceritakan kisah saya kepada publik," ujar Daniels.
"Sejak saya mengungkapkan hal ini kepada keluarga, klub, dan rekan satu tim saya, tekanan mental akibat isu ini telah hilang. Itu memengaruhi kesehatan mental saya. Sekarang saya percaya diri dan senang akhirnya menjadi diri saya sendiri.
"Saya sudah lama berpikir tentang bagaimana saya ingin melakukannya, kapan saya ingin melakukannya. Saya tahu sekaranglah waktunya. Saya siap menjadi diri saya sendiri, bebas dan percaya diri dengan itu semua," ujar Daniels.
Perdana Menteri Inggris, Jake Daniels, menanggapi kisah Daniels lewat akun Twitter miliknya. "Butuh keberanian besar untuk buka suara. Anda akan menjadi inspirasi di dalam dan di luar lapangan," ujarnya.
Tiga klub Inggris, yaitu Manchester United, Manchester City, dan Chelsea juga mendukung langkah Daniels. Lewat akun media sosial, mereka menyatakan, "dunia sepak bola berada di sisi Anda."