Suara.com - Piala Dunia bisa jadi ajang para pesepak bola menampilkan kualitas dan membela negara demi meraih gelar juara di tingkat internasional.
Akan tetapi, tak jarang pemain yang mendapat kesempatan meraih prestasi bersama negara justru melakukan hal yang tak pantas hingga harus dipulangkan dari Piala Dunia
Kondisi tersebut tentu membuat mental para pemain ini terkena, dan tak sedikit yang harus menanggung situasi sama selama bertahun-tahun karena ulah mereka sendiri.
Berikut lima pemain yang dipulangkan dari Piala Dunia karena membuat malu dengan ulah yang tak bisa dimaafkan.
Baca Juga: Hasil Laga Persahabatan: Inggris Hantam 10 Pemain Pantai Gading 3-0
Nikola Kalinic (Kroasia)
Sebagai pemain seharusnya nurut dengan instruksi pelatih, namun tidak bagi Nikola Kalinic yang tak acuh dengan permintaan pelatihnya di Piala Dunia 2018 Rusia.
Kalinic dipulangkan oleh pelatihnya Zlatko Dalic, setelah menolak untuk melakukan pemanasan dan masuk sebagai penmain pengganti saat pertandingan.
Kesepakatan Dalic dan staf pelatih membuat Kalinic kemudian dipulangkan ke Kroasia.
Stefan Effenberg (Jerman)
Baca Juga: Kamerun, Maroko dan Tunisia Segel Kelolosan ke Piala Dunia 2022
Kembali ke Piala Dunia 1994, saat itu Stefan Effenberg menjadi bagian dari skuat Jerman dan mengisi pos sebagai gelandang.
Jerman unggul 3-0 dalam laga melawan Korea Selatan, namun tim lawan sanggup menipiskan skor menjadi 3-2 dan bertahan hingga laga usai.
Namun kemenangan Jerman ini diwarnai insiden cabul Effenberg, ia membuat gerakan ke arah fan Jerman saat meninggalkan lapangan.
Insiden itu membuat Berti Vogts selaku pelatih Jerman sangat marah dan memutuskan mengirim Effenberg pulang ke Jerman.
Meskipun para pemain lain banyak yang tidak setuju dengan keputusan tersebut, Jerman sendiri tersingkir di babak perempat final usai kalah dari Bulgaria.
Sementara itu insiden tersebut sekaligus mengakhiri karier internasional Effenberg, ia hanya bermain dua kali setelahnya.
Roy Keane (Irlandia)
Roy Keane sebenarnya kapten Irlandia di Piala Dunia 2002, namun sebelum tahun itu ia kerap menyuarakan kekesalan karena kurangnya fasilitas pelatihan.
Termasuk fasilitas diet dan pengaturan perjalanan, Keane secara terbuka mengkritik Jack Charlton dan Mick McCarthy yang saat itu menjabat sebagai pelatih.
Keane juga mengaku tak sedang dengan persiapan Irlandia di Pulau Saipan hingga akhirnya membuat hubungannya dengan pelatih semakin memanas.
Ban kapten tak sampai dikenakan di Piala Dunia 2002 karena ia tak masuk dalam skuat tersebut setelah beberapa kontroversi yang dilakukan.
Pada 2013, Keane mengaku menyesal dengan itu dan menyebut seharusnya bermain untuk negaranya, saat itu Irlandia tersingkir di babak 16 besar setelah kalah dari Spanyol.
Nicolas Anelka (Prancis)
Datang sebagai salah satu pemain andalan Chelsea, namun Nicolas Anelka gagal memperlihatkan ketajaman di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Raymodn Domenech yang saat itu menjabat sebagai pelatih Prancis melontarkan kritik terhadap Anelka yang dinilai bermain buruk.
Anelka tak terima dan marah, keributan pun terjadi di ruang ganti saat laga Prancis melawan Meksiko sedang berlangsung.
Hingga akhirnya Anelka dipulangkan, setelah itu sang pemain disanksi larangan bermain selama 18 pertandingan oleh Federasi Sepak Bola Prancis sekaligus menjadi akhir karier internasionalnya.
Diego Maradona (Argentina)
Diego Maradona, pemain bertalenta, disegani lawan dengan segudang prestasi individu dan di tim nasional, gelar Piala Dunia 1986 dan final 1990.
Meski begitu karier Maradona belum lengkap tanpa membuat onar, momen ini dialami saat Maradona dan Argentina berlaga di Piala Dunia 1994.
Penggunaan kokain saat bermain untuk Napoli membuat Maradona diskor FIFA pada 1991 dengan larangan bertanding lebih dari satu tahun.
Tak sampai disitu, Maradona harus menghadapi gugatan di Argentina setelah melukai empat wartawan menggunakan pistol.
Maradona sudah memainkan dua pertandingan pertama dengan torehan satu gol dan assist dari dua kemenangan Argentina saat itu.
Namun setelahnya ia dilarang bertanding, Argentina pun tersingkir di babak kedua Piala Dunia 1994 setelah kalah dari Rumania.
Penulis: Eko Isdiyanto