Tentu saja, berdamai dan beranjak jauh lebih mudah dikatakan ketimbang dilakoni. Ambil contoh Jorginho, pemain terbaik UEFA 2020/21 itu mengaku ia sepertinya akan dihantui dua kegagalannya di sisa masa hidupnya.
Sejak memulai karier profesionalnya, Jorginho punya statistik gemilang dalam urusan mengkonversi tendangan titik putih dengan 38 keberhasilan dalam 44 kesempatan.
Tidak ada waktu yang tepat bagi sebuah kegagalan, tapi Jorginho jelas menyesali mengapa dua kegagalan penaltinya harus lahir dalam dua momen penting yang bisa memuluskan jalan Italia tampil di putaran final Piala Dunia 2022.
Dua-duanya datang ketika Jorginho harus berhadapan dengan kiper gaek Swiss Yann Sommer. Pada 5 September 2021 eksekusi penalti Jorginho begitu dekat dengan jangkauan Sommer dan publik tuan rumah Swiss bersorak sorai merayakan kegagalan itu dengan pertandingan yang berakhir imbang nirgol.
Lantas pada 12 November 2021 Jorginho berpeluang untuk menjadi pemecah kebuntuan 1-1 melawan Swiss di Roma saat berjalan mendekati titik putih tepat di pengujung waktu normal dan membawa satu kaki Italia ke Qatar. Yang terjadi justru lebih ironis sebab eksekusi penalti Jorginho melambung tinggi di atas mistar gawang, laiknya sebuah ramalan harapan Italia yang kemudian hilang beberapa bulan berselang.
"Sungguh sakit bila memikirkannya, saya masih terbayang-bayang dan mungkin itu akan menghantui sepanjang hidup saya," kata Jorginho kepada RAI Sport setelah Italia disingkirkan Makedonia Utara.
"Dua kali berada di dekat titik putih dan tak mampu membantu timmu, negaramu adalah sesuatu yang akan membekas bersama saya."
"Orang-orang bilang kita harus terus menegakkan kepala dan terus melangkah, tapi itu sungguh berat," katanya.
Jorginho kini sudah memasuki umur kepala tiga dan genap berusia 31 tahun ketika putaran final Piala Dunia 2022 berlangsung di Qatar nanti.
Baca Juga: Bawa Wales Taklukkan Austria, Gareth Bale Kecam Pengkritiknya
Ketika Italia gagal mencapai putaran final Piala Dunia 2018, sedikitnya tiga nama veteran yakni Andrea Barzagli, Daniele De Rossi dan kiper legendaris Gianluigi Buffon memutuskan pensiun dari timnas. Hal itu juga disusul pemecatan Ventura dari kursi pelatih timnas dan pengunduran diri Carlo Tavecchio dari jabatan presiden federasi sepak bola Italia, FIGC.