Suara.com - Konglomerat Arab Saudi, Mohamed Alkhereiji, siap untuk menjadi pemilik baru klub Liga Premier, Chelsea. Alkhereiji kabarnya telah mengajukan penawaran sebesar Rp50,4 triliun untuk The Blues.
Sejak Roman Abramovich memutuskan untuk melepas Chelsea menyusul sanksi yang diberikan pemerintah Inggris, para konglomerat dari berbagai belahan dunia ramai mengantre untuk mengakuisisi The Blues.
Sederet nama bermunculan seperti Hansjorg Wyss (Swiss), Tod Boehly (Amerika Serikat) hingga konglomerat Inggris Nick Candy yang ikut meramaikan persaingan untuk menjadi pemilik baru Chelsea.
Belakangan, muncul lagi nama baru. Dia adalah konglomerat asal Arab Saudi bernama Mohamed Alkhereiji.
Alkhereiji merupakan CEO dari Engineer Holding Group, sebuah perusahaan induk dari Saudi Media atau perusahaan media terkemuka di Timur Tengah.
Dilaporkan oleh Ben Jacobs dari CBS Sports via akun Twitter-nya, Alkhereiji disebutkan telah melayangkan tawaran sebesar 2,7 miliar poundsterling atau Rp50.4 triliun.
Ben Jacobs menambahkan bahwa tawaran yang dilepaskan Alkheraiji ini mendapat dukungan dari Mohammed bin Khalid Al Saud yang merupakan petinggi Saudi Telecom Company (STC).
Sebagai informasi, STC merupakan perusahaan negara. Meski mendapat dukungan, bukan berarti Khalid Al Saud merupakan bagian dari konsorsium Alkhereiji dalam mengakuisisi Chelsea.
Tawaran yang dilayangkan Alkhereiji ini pun menjadi tawaran tertinggi untuk Chelsea saat ini. Sebelumnya, baru Hansjorg Wyss dan Todd Boehly yang memberikan penawaran sebesar 2,5 miliar poundsterling (Rp46,6 triliun).
Baca Juga: Sosok Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone di Mata Kieran Trippier: Gila dan Sangat Emosional
Tawaran Alkheraiji sendiri juga menjadi tawaran yang paling mendekati permintaan Abramovich. Sebagai catatan, taipan asal Rusia itu mematok harga 3 miliar poundsterling (Rp55,9 triliun).
Meski tawaran itu mendekati dan berpotensi diterima, adanya campur tangan perusahaan negara seperti STC membuat akuisisi berada dalam bayang-bayang kegagalan.
Pasalnya, publik Inggris menentang adanya klub yang dimiliki negara, seperti yang dialami Newcastle United beberapa waktu silam.
Meski demikian, Ben Jacobs juga memaparkan bahwa konsorsium yang dibangun Alkhereiji untuk mengakuisisi Chelsea tak melibatkan negara.
Di sisi lain, pemerintah Inggris juga berada dalam tekanan. Sebab, Chelsea saat ini membutuhkan pemilik baru agar tak dinyatakan bangkrut.
Dengan adanya larangan sanksi yang diberikan otoritas Inggris, citra pemerintah pun menjadi buruk dan dianggap bisa menghancurkan masa depan pendukung maupun karyawan yang bekerja untuk Chelsea.
[Penulis: Felix Indra Jaya]