Suara.com - Munculnya isu penambahan jumlah peserta Liga 1 2022/2023 menjadi perbincangan hangat di media sosial jelang berakhirnya kompetisi musim ini.
Dari perbincangan yang beredar, kompetisi kasta tertinggi musim depan bakal menambah kontestannya menjadi 22 klub di Liga 1 2022/2022.
Meskipun demikian, penambahan jumlah peserta Liga 1 2022/2023 masih sebatas rumor karena belum dikonfirmasi langsung oleh pihak federasi.
Terlepas dari hal itu, muncul beragam pro dan kontra mengenai penambahan jumlah peserta di Liga 1 musim depan.
Baca Juga: Borneo FC vs Persiraja, Fakhri Husaini: Fokus, Jangan Remehkan Lawan!
Salah satunya yakni jumlah pertandingan yang akan dihadapi masing-masing kontestan apabila jumlah peserta Liga 1 2022/2023 bertambah menjadi 22.
Jika musim ini ada 34 laga yang harus dilakoni 18 klub Liga 1, maka musim depan bakal ada 42 laga selama semusim penuh yang harus dimainkan.
Jumlah ini tentu terhitung sangat banyak dan menjadi beban tersendiri bagi setiap kontestan. Sebagai solusinya, penerapan format dua wilayah mulai digaungkan.
Format Dua Wilayah
Format dua wilayah ini sebetulnya bukan barang baru bagi dunia sepak bola di Indonesia. Sebab, PSSI sempat menggunakannya di era Liga Indonesia alias Ligina.
Baca Juga: Widodo C Putro: Persita Tangerang Siap Tempur Hadapi Persik Kediri di Denpasar
Saat itu, kompetisi sempat dibagi menjadi dua wilayah, tiga wilayah, hingga empat grup. Pada Ligina 1996/1997, misalnya, PSSI menerapkan sistem tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur.
Salah satu alasan utama penerapan format dua wilayah pada Liga Indonesia ini yakni untuk meleburkan sekat antara klub Perserikatan dan Galatama. Kedua kompetisi tersebut sebetulnya sudah menerapkan sistem dua wilayah.
Pada musim pertamanya, Liga Indonesia edisi 1994/1995 diikuti sebanyak 16 tim dari Perserikatan 1993/1994 dan 16 kontestan dari Galatama 1993/1994.
Dari 32 kontestan yang berkompetisi itu, masih ditambah dua peserta yang promosi dari Divisi Satu, yakni PSIR Rembang dan Persiku Kudus. Alhasil, seluruh kontestan yang bertanding ialah 34 tim.
Dari seluruh kontestan ini, PSSI kemudian membaginya menjadi ke dalam format dua wilayah, yakni Barat dan Timur. Masing-masing terdiri dari 17 kontestan.
Sementara itu, perombakan total kompetisi sepak bola di Indonesia baru dilakukan pada tahun 2008. Saat itu, era Liga Indonesia berakhir. Sistem baru digunakan pada kompetisi Liga Super Indonesia yang hanya diikuti 18 kontestan.
Saat itu, Divisi Utama 2007 yang diikuti 36 kontestan meniadakan degradasi, serta mempromosikan seluruh klub yang lolos ke babak delapan besar Divisi Satu.
Setelah Divisi Utama 2007 selesai, sembilan tim dari masing-masing wilayah berhak promosi ke divisi baru yang diciptakan PSSI, yakni Liga Super Indonesia.
Sebetulnya, format kompetisi dua wilayah menawarkan sejumlah keuntungan, utamanya ialah faktor efisiensi dana.
Dari segi pendanaan, setiap tim tak harus mengeluarkan dana besar untuk menjalani laga tandang lintas pulau saat menjalani format dua wilayah.
Hal ini tak terlepas dari faktor geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Tim-tim di wilayah ujung Timur harus mengeluarkan dana besar serta waktu yang tak sedikit untuk menjalani laga tandang di ujung Barat. Hal ini juga berlaku sebaliknya. [Muh Adif Setiawan]