Suara.com - Pelatih Sheriff Tiraspol, Yuriy Vernydub telah membuat salah satu kejutan terbesar dalam sejarah Liga Champions ketika mengalahkan Real Madrid, tetapi beberapa bulan kemudian dia memanggul senjata demi membela negaranya, Ukraina melawan invasi Rusia.
Pria berusia 56 tahun itu mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak ragu untuk pulang ke negerinya, setelah pekan lalu putranya memberi tahu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah melancarkan aksi militer.
"Putra saya menelepon saya pukul 4:30 pagi dan dia bilang Rusia menyerang kami. Saya tahu saat itu bahwa saya harus kembali ke Ukraina untuk berperang," ungkap Yuriy Vernydub seperti dilansir AFP, Jumat (4/3/2022)
Vernydub adalah salah satu dari sejumlah tokoh olahraga terkenal Ukraina, termasuk juara tinju kelas berat dunia Oleksandr Usyk, yang pulang ke tanah airnya untuk berperang.
Baca Juga: N'Golo Kante: Para Pemain Chelsea Kaget Roman Abramovich Jual Klub
Vernydub mendapat panggilan saat berada di Portugal guna menjalani pertandingan play-off Liga Europa. Sheriff kalah adu penalti melawan Braga setelah kedua tim seri 2-2 dalam agregat.
Walaupun Sheriff bermain di Liga Moldova, tim ini berasal dari Transnistria yang adalah negara separatis pro-Rusia yang dibentuk setelah perang saudara menyusul runtuhnya Uni Soviet.
Vernydub yang mengakhiri karier bermain di klub Rusia Zenit Saint Petersburg, menghabiskan waktu 11 jam saat pulang kampung ke Ukraina, akhir pekan lalu.
Keluarganya berusaha mencegah dia pulang ke negerinya.
"Namun saya berterima kasih kepada istri saya karena mendukung saya. Dia tahu karakter saya. Jika saya membuat keputusan, saya tak akan mengubahnya," bebernya.
Baca Juga: Prestasi Roman Abramovich selama 19 Tahun Jadi Pemilik Chelsea
Vernydub mengaku menjalani latihan militer selama dua tahun ketika dia masih muda. Dia mengaku masih tahu cara menggunakan senjata api.
Pada saat diwawancarai BBC, dia berada 120 kilometer dari garis tempur.
"Saya tidak dibolehkan mengungkapkan apa peran saya dalam ketentaraan," kata Yuriy.
"Sekarang kami sedang diperintahkan. Setiap menit kami siap untuk pergi ke tempat yang mereka perintahkan. Saya belum menggunakan senjata, tetapi saya siap. Selalu, kapan saja!" tegasnya.
"Mereka (Rusia) bilang kami fasis, Nazi. Saya justru tak bisa menemukan kata yang tepat untuk melukiskan apa yang sedang mereka lakukan."
“Mereka menyerang rumah warga biasa, tetapi mereka bilang cuma menyerang infrastruktur militer. Mereka bohong."
"Saya tidak ragu sedikit pun bahwa Ukraina akan memenangkan perang ini. Saya tidak terpikir di luar itu. Saya yakin akan hal itu. Saya melihat tragedi ini menyatukan kami sebagai sebuah bangsa."
Vernydub menyatakan 'sangat menghormati' Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
"Orang-orang memanggil dia badut, padahal dia telah menunjukkan diri bahwa dia pemimpin sejati," celoteh Vernydub.
Vernydub mengatakan pikirannya sering melayang kembali ke malam di Madrid ketika Sheriff menang atas tuan rumah Real Madrid. si juara Eropa 13 kali.
"Ketika kami mengalahkan Real Madrid, saya tidak bisa membayangkan ini," kata dia.
Namun pada awal Februari lalu, Vernydub berubah khawatir. "Para pemain terus menanyai saya mengapa saya sedih sekali setiap waktu. Apakah sesuatu terjadi pada saya? Saya jawab, tidak ada yang salah, tetapi segera sesuatu bakal terjadi."
Cinta pertamanya pada sepakbola justru yang membuat adrenalin Vernydub terpacu.
"Teringat sepakbola memotivasi saya," kata Vernydub.
"Sepakbola adalah hidup saya. Saya harap perang ini tidak lama. Kami akan menang dan saya akan kembali ke pekerjaan yang saya cintai," pungkasnya.