Suara.com - Banyaknya pemain yang dipanggil ke Timnas Indonesia tentu menjadi kebanggaan bagi klub. Di sisi lain, tim juga dirugikan lantaran tidak bisa memaksimalkan skuad terbaik dalam mengarungi kompetisi.
Hal ini kini dirasakan salah satu kontestan BRI Liga 1 2021/2022, Persebaya Surabaya. Tim berjuluk Bajul Ijo tidak bisa menurunkan komposisi terbaik karena agenda yang terus berbarengan dengan tim nasional.
Padahal, Persebaya kini sedang berjuang di papan atas klasemen sementara BRI Liga 1 bersama Arema FC, Bhayangkara FC, Persib Bandung, dan Bali United. Tentu menjadi kerugian jika tim tidak bisa memainkan skuad terbaik.
Sebagai contoh, Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memanggil lima pemain Persebaya untuk uji coba melawan Timor Leste. Mereka adalah Ernando Ari, Rizky Ridho, Rachmat Irianto, Marselino Ferdinan, dan Ricky Kambuaya.
Baca Juga: Ricky Kambuaya Cetak Gol, Timnas Indonesia Bantai Timor Leste 3-0
Kelima pemain itu adalah pilar utama tim kesayangan Bonek tersebut. Parahnya, Marsel dan Ricky bermain di posisi yang sama.
Akibatnya, Persebaya harus memainkan Samsul Arif yang seorang striker di posisi gelandang serang. Tentu hal itu tidak maksimal.
"Kami bangga pemain-pemain muda binaan Persebaya jadi andalan dan selalu jadi pilihan di timnas. Di sisi lain, kami tentu keberatan dan menolak kalau terus menerus pemain kami yang diambil paling banyak,” kata Presiden Persebaya, Azrul Ananda dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Minggu (30/1/2022).
Azrul memiliki kekhawatiran saat digelarnya Piala AFF U-23 2022 di Kamboja pada Februari mendatang. Ada kabar yang menyebut enam pemain Bajul Ijo bakal dipanggil.
Dilaporkan hanya Ricky Kambuaya yang tidak dibawa karena faktor usia dari lima orang di Timnas Indonesia saat ini ditambah Akbar Firmansyah serta Koko Ari Araya.
Baca Juga: Ramai dan Terens Cetak Gol, Timnas Indonesia Unggul 2-0 Atas Timor Leste di Babak I
Tentu jika benar enam pemain tersebut bakal absen panjang bersama Persebaya. Hal ini tentu merugikan klub mengingat Februari adalah pekan-pekan krusial di BRI Liga 1.
Karena hal ini Azrul merasa masih lemahnya sistem kompetisi di Tanah Air. Sebab, tidak ada penjadwalan yang baik antara kompetisi dan program Timnas Indonesia.
"Harus ada jalan keluar lebih baik mengenai masalah fundamental sistem sepak bola di negara kita ini," pungkasnya.