Sebab, selama ini Haruna Soemitro telah beberapa kali menduduki jabatan strategis di manajemen klub sepak bola.
Awalnya, Haruna Soemitro terjun di dunia sepak bola saat menjabat di manajemen Persebaya Surabaya pada medio 2002.
Sejak saat itu, kariernya di dunia kulit bundar semakin mantap hingga menduduki jabatan sebagai manajer tim PON Jawa Timur pada 2004. Pada saat itu pula, ia sukses membawa timnya meraih medali emas.
Keberhasilannya itu kemudian mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur karena terpilih sebagai ketua.
Setelah sempat menghilang, Haruna kembali naik ke permukaan seusai membantu Achsanul Qosasi mengakuisisi Pelita Bandung Raya dan mengubah namanya menjadi Madura United.
Haruna kemudian sukses mendapatkan jabatan sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI pada tahun 2019. Selama menjabat di posisi itu, ia tak lepas dari sejumlah kontroversi.
Salah satunya yakni menyebut bahwa match-fixing atau pengaturan skor adalah sesuatu yang harus diberantas, tetapi dipahami. Hal ini jelas membingungkan.
"Saya justru berharap agar PSSI dalam hal ini jangan hanya terbawa arus kepada soal pemberantasan match fixing. Karena riil match fixing bukan sesuatu yang harus diberantas,” kata Haruna.
“Tapi, itu adalah sesuatu yang harus dilihat secara proporsional bawah apakah benar ada, baru kemudian kita melangkah ke cara mengatasinya," ia melanjutkan.
Baca Juga: Media Korsel Soroti Netizen Indonesia yang Bela Shin Tae-yong Usai Dikritik Haruna Soemitro
Kontributor: Muh Adif Setiawan