Suara.com - Dalam sejarahnya, Indonesia banyak memiliki kompetisi sepak bola teratas. Salah satunya adalah QNB League yang digelar pada 2015 silam.
QNB League menjadi salah satu bagian dari sejarah panjang kompetisi sepak bola Tanah Air. Kehadirannya pada 2015 lalu, dianggap sebagai salah satu tonggak bangkitnya kompetisi Indonesia.
Sebagai catatan, QNB League merupakan liga yang disponsori oleh Bank QNB (Qatar National Bank) yang merupakan bank komersial di Qatar dan sempat menjadi sponsor dari tim Paris Saint-Germain serta Piala AFC.
Bank QNB sendiri datang ke Indonesia pertama kali pada 2011 setelah membeli saham Bank Kesawan. Sejak saat itu, Bank QNB terus memantau sepak bola Tanah Air. Hingga akhirnya pada 2015 Bank QNB resmi menjadi sponsor utama Liga Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, saat itu Bank QNB berani meneken kontrak berdurasi 3 tahun. Dengan kata lain, keseriusan telah nampak dari Bank QNB untuk ambil bagian di sepak bola Tanah Air.
Karena menjadi sponsor utama, kompetisi teratas Indonesia itu mau tak mau nama berubah nama menjadi QNB League, seperti halnya Barclays Premier League yang merujuk pada nama Bank Barclays.
Hanya saja, besarnya nama sponsor yang datang tak serta merta menjamin kompetisi berjalan mulus. QNB League harus layu sebelum berkembang. Pada akhirnya, kompetisi ini pun lantas terhenti di tengah jalan.
Lalu, mengapa QNB League hancur sebelum musim pertamanya benar-benar tuntas?
Akibat Keadaan Kahar
Baca Juga: PSSI Sambut Baik Kenaikan Peringkat FIFA Timnas Putri Indonesia
Sebagai informasi tambahan, QNB League sendiri pada 2015 lalu telah berjalan dan memainkan 9 laga, di mana Gresik United mampu menduduki puncak klasemen. Ajang ini juga menjadi musim pertama Bali United setelah mengakuisisi Persisam Putra Samarinda.