Suara.com - Dua klub raksasa Inggris, Manchester United dan Manchester City ternyata pernah sempat akan menjadi satu meskipun rencana itu harus dikubur selama-lamanya.
Manchester City dan Manchester United sejatinya adalah rival satu kota yang kualitas keduanya baru seimbang dalam satu dekade terakhir.
Sebelum itu, Manchester United selalu superior dihadapan Manchester City hingga sempat dijuluki Tetangga Berisik oleh Sir Alex Ferguson.
Seiring berjalannya waktu, Manchester City menjelma sebagai klub yang disegani di Inggris bahkan beberapa kali sukses meraih gelar Premier League.
Baca Juga: Urutan Kiper dengan Penyelamatan Terbanyak di Liga Inggris, De Gea Nomor 5
Terlepas dari itu, siapa sangka jika kedua klub ini pernah memiliki rencana merger alias bergabung menjadi satu klub, jauh sebelum era Premier League ada.
Dilansir dari Daily Star, rencana ini hampir terealisasi di tahun 1964, Frank Johnson yang saat itu selaku Vice-Chairman Manchester City yang mengusulkannya.
Tak lepas dari kondisi Manchester City yang saat itu berkompetisi di divisi kedua, sementara Manchester United menyelesaikan musim sebagai runner-up Liga Inggris.
Berdalih agar Kota Manchester memiliki satu klub yang sangat superior, Frank Johnson optimis rencana tersebut berhasil dilakukan.
Namun demikian, usai dibahas dengan matang dan lebih dari satu kesempatan, rencana tersebut akhirnya batal direalisasikan.
Baca Juga: Ole Gunnar Solskjaer Jadi Bahan Cercaan di MU, Andy Cole Geram
Dan justru pihak Manchester City yang membuat rencana itu batal. Kubu The Citizens secara tegas menolak beberapa poin yang diajukan pihak Manchester United.
"Rencana itu mati dan dibunuh oleh kedua pihak sebelum dipublikasikan," ucap sejarawan sepak bola, Gary James kepada Manchester Evening News.
"Saya sempat bicara dengan Eric Alexander, putra Albert yang merupakan ketua Man City pada saat itu, dan dia mengatakan Frank Johnson.''
"Muncul dan datang dengan ide itu, ia (Frank) memang sering melontarkan ide-ide gila," imbuhnya.
Lebih lanjut, Gary mengatakan jika di tahun 1964 adalah tahun di mana Manchester City berada pada titik terendah dalam sejarah klub.
Meski begitu, bukan soal prestasi di klasemen melainkan soal nilai moral, atmosfer dan suporter yang memberi dukungan.
Menurunnya jumlah penonton ke stadion menjadi fenomena yang terjadi di kubu Manchester City pada saat itu, minat kepada klub jelas menurun drastis.
"Di akhir tahun 90-an, kami masih memiliki lebih dari 30.000 penonton, dan itu berarti klub masih memiliki profil tinggi," ujar Gary.
"Pada 1964-65 kami berada di divisi kedua, dukungan telah turun hingga kurang dari 15.000, dan minat umum pada klub juga turun.''
"Saya selalu percaya pada tahun 90-an bahwa City akan kembali, karena kekuatan dukungan, tetapi pada tahun 60-an banyak orang tidak merasa seperti itu," tandas Gary James.
(Kontributor: Eko Isdiyanto)