5 Jersey Terburuk Sepanjang Masa, Kamerun hingga Barcelona

Irwan Febri Rialdi Suara.Com
Minggu, 14 November 2021 | 13:28 WIB
5 Jersey Terburuk Sepanjang Masa, Kamerun hingga Barcelona
Pemain Timnas Kamerun, Pierre Wome, di Piala Dunia 2002. (Pedro Ugarte/AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hadirnya jersey anyar jelang bergulirnya kompetisi jadi hal yang paling ditunggu-tunggu oleh fan sepak bola. Beberapa alasan, itulah cara mereka mendukung klub kesayangan mereka.

Sebagian lain, adalah bentuk kecintaan terhadap klub. Di sepak bola Indonesia, ikut membeli jersey, juga berarti ikut membantu keuangan tim.

Tapi apa jadinya jika apa yang sudah ditunggu-tunggu malah bikin fan kecewa. Alih-alih bangga menggunakan jersey klub atau pemain idola, justru malah bikin malu.

Bolatimes sudah merangkum dari sejumlah sumber deretan jersey yang dianggap buruk. Silakan disimak:

Baca Juga: Pulang ke Barcelona, Dani Alves: 5 Tahun Berjuang, Saya Seperti Orang Gila

1. Timnas Kamerun

Pemain Timnas Kamerun, Pierre Wome, di Piala Dunia 2002. (Pedro Ugarte/AFP)
Pemain Timnas Kamerun, Pierre Wome, di Piala Dunia 2002. (Pedro Ugarte/AFP)

Pada 2002, Timnas Kamerun mencuri perhatian lantaran jersey mereka tak memiliki lengan. Produsen Puma adalah pemasok jersey tersebut di Piala Dunia.

FIFA kemudian menegur Timnas Kamerun. Salah satu juru bicara mereka, Keiter Cooper, menyatakan bahwa jersey Timnas Kamerun merupakan rompi, alih-alih sebaliknya.

2. Cardiff City

Joe Mason ketika berseragam Cardiff City pada 2012. (Glyn Kirk/AFP)
Joe Mason ketika berseragam Cardiff City pada 2012. (Glyn Kirk/AFP)

Cardiff identik dengan warna biru. Bahkan julukan klub sendiri adalah Burung Biru.

Baca Juga: Alasan Xavi Hernandez Bawa Pulang Dani Alves ke Barcelona

Namun, pada musim 2012/13, klub melakukan improvisasi terhadap jersey. Mereka mengeluarkan jersey dengan corak merah. Selain itu, burung di lambang juga diganti naga.

Hal ini ditempuh untuk memperluas pasar penjualan jersey. Alih-alih disambut baik fan, mereka dituntut untuk mengembalikan warna kebesaran klub.

3. Barcelona

Jersey Barcelona 2015. (Dok. Barcelona)
Jersey Barcelona 2015. (Dok. Barcelona)

Barcelona identik dengan jersey dua strip garis vertikal. Namun, setelah 115 tahun atau tepatnya 2015, mereka beralih ke horizontal.

Namun, langkah itu dikecam oleh para fan. Surat kabar Spanyol menyebut bahwa survey ketidak tertarikan fan Blaugrana dengan desain itu menyentuh 78 persen.
   
4. Manchester City

Pada musim 2012/12, produsen Puma menjadi partner Man City dalam penyedia jersey. Nah, satu desain kemudian mendapat cemoohan dari para fan.

Adalah jersey ketiga mereka yang dianggap progresif. Para fan juga tak segan menyuarakan agar jersey tersebut sebaiknya ditempatkan di tempat sampah.

Beruntung, jersey itu tak sering digunakan. Sebab, itu hanya jersey ketiga di musim itu.

5. Deportivo Palencia

Pada musim 2005/06, sebuah jersey di klub kasta keempat Liga Spanyol memantik perhatian. Well, bukan lagi perhatian, sih, tapi lebih pada kekonyolan.

Adalah Deportivo Palencia yang menampilkan garis besar detail sistem otot manusia. Jersey tersebut seperti melihat manusia tanpa kulit.

Namun, tidak ada yang tahu alasan di balik desain jersey tersebut. Tapi itu jelas menarik perhatian dan tidak diragukan lagi akan mengecewakan para fan.

Desain jersey klub ini dibuat oleh Juan Francisco Martin, yang juga menyusun jersey bertema tuksedo Cultural untuk klub Leonesa musim sebelumnya.

Penulis: Alan Kusuma

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI