Aturan Sepak Bola: Asal Usul Menang Dapat 3 Poin dan Imbang 1 Poin

Arief Apriadi Suara.Com
Sabtu, 13 November 2021 | 14:00 WIB
Aturan Sepak Bola: Asal Usul Menang Dapat 3 Poin dan Imbang 1 Poin
Penyerang timnas Prancis Kylian Mbappe (kiri) bersaing dengan bek Spanyol Aymeric Laporte selama pertandingan final UEFA Nations League antara Spanyol vs Prancis di stadion San Siro di Milan, pada 10 Oktober 2021 waktu setempat. MIGUEL MEDINA / KOLAM RENANG / AFP.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepak bola merupakan salah satu permainan yang mengandalkan persaingan. Sederet aturan pun dibuat agar olahraga terpopuler di dunia ini tetap kompetitif dan menghibur, salah satunya adalah aturan poin.

Dalam perkembangannya, sepak bola kerap mengalami perubahan di setiap aturannya. Baik itu untuk yang terjadi di atas lapangan, maupun di luar lapangan.

Aturan-aturan ini dibuat agar permainan berjalan adil, menghibur dan tetap punya unsur persaingan, terutama dalam berebut gelar juara.

Untuk memperebutkan gelar juara, biasanya setiap kompetisi seperti liga menerapkan sistem poin mengingat banyaknya pertandingan yang dijalani.

Baca Juga: Sepak Bola Peparnas Papua: Tuan Rumah dan Kalimantan Selatan Berebut Emas di Final

Dahulu, banyak liga-liga di dunia memberikan dua poin untuk pemenang, satu poin untuk hasil imbang dan tak mendapat poin untuk yang kalah.

Aturan ini masih dipakai hingga awal 1980 an. Namun, aturan ini diubah dan diadopsi hingga saat ini di mana pemenang pertandingan sepak bola akan mendapat tiga poin, alih-alih dua poin.

Lantas, bagaimana asal usul lahirnya tiga poin untuk pemenang pertandingan sepak bola?

Untuk Menghargai Kemenangan dan Membuat Pertandingan Menarik

Percaya atau tidak, sebelum aturan tiga poin untuk pemenang hadir, banyak tim yang jarang menang namun bisa juara karena mendulang poin dari hasil seri.

Baca Juga: Sepak Bola Peparnas Papua: Hantam Jawa Timur 7-2, Jawa Barat Raih Medali Perunggu

Dahulu, perbedaan poin antara kemenangan dan hasil imbang hanya berselisih satu poin. Dengan kata lain, setiap tim tak menargetkan kemenangan, yang penting tak mengalami kekalahan agar terus mendulang poin.

Sebagai contoh, tim A bermain 9 laga dengan total 4 kemenangan, 3 hasil imbang dan 2 kekalahan. Jika dengan sistem dua poin, maka tim A hanya akan mengoleksi total 11 poin.

Lalu mari melihat tim B yang juga bermain 9 laga tapi hanya 3 kali menang, 5 kali imbang dan 1 kali kalah. Bila dengan perhitungan dua poin, maka tim B yang lebih banyak imbang punya poin sama dengan tim A yakni 11 poin.

Apakah itu adil bagi tim yang terus mencari kemenangan untuk mendulang poin sebanyak-banyaknya, ternyata jumlah poinnya harus sama dengan tim yang hanya ingin terhindar dari kekalahan?

Ada beberapa versi tentang awal kelahiran tiga poin untuk pemenang. Versi pertama yakni sistem tiga poin telah ada di kompetisi amatir Inggris bernama Isthmian League sejak 1905 dan dimulai lagi pada Juli 1973 saat berkolaborasi dengan sebuah perusahaan rokok bernama Rothmans.

Versi kedua mengatakan bahwa sistem tiga poin dicetuskan oleh seorang presenter, analis sekaligus manajer Coventry City yakni Jimmy Hill pada 1981.

Ia menggagas ide tiga poin untuk kemenangan ini agar pertandingan berjalan menarik dan lebih atraktif, sehingga setiap tim mencari kemenangan dan banyak gol yang akan diciptakan.

Sama seperti versi pertama, ide ini pun diterapkan pertama kali di Inggris yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lainnya dan bahkan oleh FIFA untuk Piala Dunia serta UEFA untuk Liga Champions.

Nyatanya, adanya perubahan dari dua poin dan tiga poin ini mengubah sejarah sepak bola itu sendiri. Jika masih menerapkan sistem dua angka, Blackburn Rovers takkan menjuarai Premier League 1995/96 karena poinnya sama dengan Manchester United dan kalah selisih gol.

Berdasarkan penelitian yang ada, kehadiran sistem tiga poin ini membuat setiap tim tak lagi mengincar hasil imbang. Selain itu adanya peningkatan serangan dari setiap tim sebesar 10 persen dan peningkatan jumlah pelanggaran sebesar 12,5 persen.

Kontributor: Zulfikar Pamungkas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI