Suara.com - Tak dimungkiri Premier League atau Liga Premier Inggris merupakan salah satu kompetisi terelit di muka bumi. Tak ayal, sejumlah pelatih dan pemain beken, ramai singgah berkompetisi di liga tersebut.
Selain itu, bos-bos dari Arab Saudi juga tak ragu menggelontorkan dana besar untuk berinvestasi. Seperti Newcastle United dan Manchester City.
Namun tahukah Anda, Liga Premier juga memiliki sisi gelap? Berikut ulasannya.
Pemain Muda Minim Jam Terbang
Perebutan gelar juara membuat tim-tim Liga Premier tak ragu menggelontorkan uang untuk membeli pemain. Mahal bukan perkara sulit karena masalah akan selesai dengan uang.
Imbasnya, para pemain muda asli Inggris minim mendapat kesempatan bermain. Independent melaporkan bahwa dari 1,5 juta anak muda di Inggris, hanya 180 orang yang bisa main di tim yang berkompetisi di Liga Premier.
Artinya, hanya 0,012 persen pemain muda yang mendapat jam terbang. Ini adalah catatan yang cukup miris.
Gagal Promosikan Talenta Inggris ke Luar Negeri
Tak banyak pemain asli Inggris yang merantau ke negeri lain untuk berkompetisi. Tercatat, hanya 1 pemain yakni Jude Bellingham yang bermain di Bundesliga untuk Borussia Dortmund.
Sebelumnya, ada Jadon Sancho. Namun, eks Dortmund itu sudah pulang kampung ke Inggris untuk membela Manchester United.
Perkara impor pemain bukan 'lagu' baru di Inggris. Sebab, dalam beberapa dekade terakhir, belum ada pemain Inggris yang bersinar di luar negeri.
Talenta-talenta muda yang tidak diberi kesempatan unjuk gigi bisa jadi salah satu penyebabnya.
Buruknya Pengelolaan Keuangan
Mengelola keuangan adalah persoalan sulit. Ini yang dialami oleh Leeds United di era 1997-2001.
Ketika itu, Leeds berjaya dengan manajemen keuangan yang ciamik. Pemain-pemain berlabel bintang sempat singgah macam Rio Ferdinand, Harry Keweel, dan Mark Viduka.
Namun, perlahan tata kelola keuangan mereka memburuk. Tiga pemain yang disebutkan di awal dijual dan perlahan Leeds terlilit utang.
Alhasil, musim 2003 mereka terjun bebas ke Divisi Championship. Untuk bisa kembali ke Liga Premier dua musim lalu, mereka sempat jatuh bangun.
[Penulis: Kusuma Alan]