Suara.com - Setiap pelatih punya ciri khas masing-masing, begitu pula dengan sosok pelatih bernama Max Merkel.
Merkel merupakan pelatih yang malang melintang melatih tim-tim top Eropa pada era 50an hingga 80an. Tak cuma kehebatannya meracik tim, prinsip yang dimiliki Merkel pun menarik.
Dalam melatih, Merkel melarang pemainnya menikah jelang musim berakhir atau saat berada di tengah kompetisi. Menurutnya, langkah itu bisa merusak konsentrasi anak asuhnya pada momen genting kompetisi.
Pola pikir Merkel cukup berbeda dengan pola pikir pelatih lainnya. Biasanya para pelatih lebih suka para pemain mereka sudah menikah karena mereka sudah berada di rumah dan tidur cepat selepas latihan atau bertanding.
Baca Juga: 7 Fakta Menarik Jelang Duel PSG vs Manchester City di Liga Champions
Dengan kata lain, pemain yang sudah menikah lebih kecil berpotensi melakukan tindakan indisipliner di luar lapangan. Misalnya, keluyuran hingga tengah malam.
Kekhawatiran Max Merkel tentang para pemainnya menikah di tengah kompetisi muncul setelah melihat performa Real Madrid di musim 1969/70. Performa Madrid turun drastis setelah tiga pemain kunci menikah jelang kompetisi berakhir.
Di musim-musim tu, Merkel sendiri sedang menangani Sevilla. Merkel panik ketika enam pemainnya berencana menikah jelang berakhirnya musim 1970/1971.
Keenam pemain kunci itu adalah Enrique Lora, Pedro Berruezo, Eloy Matute, Jose Rodriguez, Manuel Borrero 'Chacon', dan Jose Bonilla.
Karena khawatir performa timnya akan mengalami hal serupa dengan Madrid di musim sebelumnya. Max Merkel berinisiatif memanggil keenam calon istri dari para pemainnya.
Baca Juga: PSG Vs Manchester City, Guardiola: Mudah-mudahan Messi Main
Dalam pertemuan tersebut, memberikan nasihat kepada mereka.
Merkel juga membagikan isi pertemuan dengan para calon istri pemain yang akan menikah itu kepada media.
"Demi mengatasi kesepian, saya menyarankan para pasangan menemui dokter masing-masing dan meminta nasihat agar mereka bisa mengatasi gaya hidup baru ini. Sehingga tidak ada masalah dan pemain bisa menjalankan tugas sebagai pemain profesional," kata Merkel.
Pelatih berkebangsaan Austria itu bisa bertindak seperti itu karena berada di era tangan besi institusi. Klub bisa memengaruhi kehidupan pribadi pemain, termasuk soal hubungan asmara.
Salah satu contoh kasus terbesar adalah striker AC Milan Gianni Rivera. Performanya menurun setelah menjalin kasih dengan pramugari maskapai Alitalia. Pihak klub lantas menekannya untuk mengakhiri hubungan dan Rivera menuruti.
Sayangnya, pola pikir dan tindakan Max Merkel itu tidak membuahkan hasil positif. Di musim 1970/71 itu, Sevilla bahkan anjlok empat posisi di Liga Spanyol dari musim sebelumnya.
Pihak manajemen Sevilla pun memecat Max Merkel. Terlebih ketika manajemen mendengar ancaman mogok dari para pemain akibat perangai dan metode latihan Merkel yang tidak disukai.
Setelah dari Sevilla, Merkel pindah ke Atletico Madrid. Dia sukses memberikan gelar Copa del Rey dan La Liga untuk Atletico sebelum dipecat pada 1973.
[Penulis: Aditia Rizki]