Sebagai gantinya, Wenger mengajukan satu kali jeda berdurasi empat hingga lima pekan pada Oktober agar semua pertandingan kualifikasi internasional bisa dilangsungkan. Ini akan memberi kesempatan kompetisi domestik tak terganggu lagi hingga pengujung musim.
Setiap musim kompetisi nantinya akan ditutup dengan sebuah turnamen akbar pada Juni. Misalnya pada 2028 digelar Piala Dunia, kemudian pada 2029 Euro (maupun turnamen tingkat benua setaranya) dilangsungkan dan dilanjutkan kembali ada Piala Dunia berikutnya pada 2030.
Apa alasan rasional dibalik wacana ini?
Wenger mengatakan status quo saat ini telah menciptakan terlalu banyak gangguan dan memaksa pemain melakukan perjalanan jauh dari ujung ke ujung dunia hanya sekadar untuk pertandingan kualifikasi internasional dan laga persahabatan.
Ia meyakini sistem yang diajukannya akan melancarkan arus tersebut sembari tetap menjaga titik keseimbangan 80 persen kompetisi tingkat klub dan 20 tingkat tim nasional.
Ia juga berargumen bahwa para pemain maupun suporter lebih menyukai pertandingan yang bermakna serta akan menikmati keikutsertaan dalam Piala Dunia ketimbang memainkan laga-laga persahabatan musim panas.
Wenger juga menegaskan bahwa wacananya menyertakan jeda istirahat wajib berdurasi 25 hari setelah turnamen internasional bagi para pemain.
Apa kata mereka yang menolak?
Presiden UEFA Aleksander Ceferin menolak cara FIFA memproses wacana, maupun konsep dari wacana itu sendiri.
"Bermain setiap musim panas dalam turnamen satu bulan, bagi pemain adalah pembunuhan. Bila digelar tiap dua tahun, itu akan bertabrakan dengan Piala Dunia Putri serta Olimpiade," katanya.
Baca Juga: Piala Dunia Rencananya Digelar Dua Tahun Sekali, Presiden UEFA Ancam Boikot
"Turnamen ini bernilai justru karena hanya digelar empat tahunan, Anda harus menantikannya, sama seperti Olimpiade, mereka menjadi ajang akbar. Saya tidak bisa melihat kemungkinan federasi anggota kami mendukung itu," ujarnya menambahkan.