Suara.com - Gelandang sentral Chelsea, Jorginho telah resmi terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa untuk edisi 2020/2021 versi UEFA. Tak ada yang menyangka bahwa playmaker Timnas Italia itu bisa meraih gelar individual bergengsi tersebut.
Jorginho menjadi Pemain Terbaik Eropa tahun ini usai mengalahkan para pesaingnya seperti rekan setimnya di Chelsea, N'Golo Kante dan gelandang Manchester City, Kevin De Bruyne.
Jorginho meraih 175 poin atau unggul tipis dari Kevin De Bruyne yang meraih 167 poin, yang disusul Kante dengan 160 poin.
Terpilihnya Jorginho sendiri dikarenakan dirinya menjadi tulang punggung keberhasilan Chelsea menjuarai Liga Champions 2020/2021 dan juga Timnas Italia dalam menjuarai Euro 2020.
Baca Juga: Bayern Munich Resmi Datangkan Kapten RB Leipzig Marcel Sabitzer
Jorginho mengaku tak menyangka dengan penghargaan ini. Ia pun bersyukur bisa meraih penghargaan ini seraya memuji rekan-rekannya yang telah membantunya hingga titik ini.
“Itu (penghargaan Pemain Terbaik Eropa) sesuatu yang besar, bukan? Wow, saya tak bisa berkata-kata. Itu tak bisa dipercaya, sungguh. Saya harus mengatakan betapa bersyukurnya saya,” ujar Jorginho dikutip dari laman UEFA.
“Tak hanya untuk keluarga saya dan teman-teman, tapi juga untuk rekan-rekan saya di klub dan Italia, pelatih, fans. (Juga) untuk semua orang yang tak mempercayai saya, yang mengkritik saya, saya harus berterima kasih juga kepada mereka,” lanjut pemain berusia 29 tahun eks Napoli itu.
Terpilihnya Jorginho sendiri tak lepas dari kerja kerasnya selama bermain. Meski mendapat banyak tanggapan miring atas keberhasilannya, sang gelandang jangkar membuktikan bahwa ia pantas berada di titik ini.
Perjalanan Jorginho hingga menjadi Pemain Terbaik Eropa tak lepas dari deretan fakta yang terjadi dalam hidupnya. Berikut daftar fakta menarik Jorginho:
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Datang, Pogba: Level Manchester United Otomatis Naik
1. Bukan Bernama Jorginho
Nama ‘Jorginho’ bukanlah nama asli dari pemilik nomor punggung 5 di Chelsea tersebut. Adapun nama aslinya adalah Jorge Luiz Frello.
Imbuhan ‘inho’ pada nama depannya merujuk pada bahasa Brasil yang digunakan untuk anak laki-laki seperti Ronaldinho yang bernama asli Ronaldo Assis de Moreira.
2. Dilatih oleh Sang Ibunda
Saat hendak terjun ke dunia sepakbola, pelatih pertama Jorginho adalah sang ibu sendiri yang bernama Maria Tereza Freitas.
Sebagai informasi, sang ibu dulunya juga merupakan pesepak bola wanita di level amatir. Meski demikian, berkat didikannya Jorginho bisa tampil di klub besar dan menjadi pemain terbaik Eropa.
3. Masuk Akademi di Usia 4 Tahun
Umumnya, pemain muda di Brasil masuk akademi sepakbola di usia 6 tahun. Namun Jorginho bisa masuk akademi di usia 4 tahun.
Sejatinya, saat hendak masuk akademi sepak bola, Jorginho mendapat penolakan karena usianya yang sangat muda. Namun setelah melihat bakatnya, sang pelatih pun lantas mengizinkannya.
4. Menjadi Anak Broken Home
Saat usianya baru 6 tahun, ayah dan ibu Jorginho harus bercerai. Sejak saat itu, sang ibu mengasuhnya hingga saat ini.
Meski demikian, Jorginho juga tak lupa akan jasa sang ayah. Sang ayah masih memandunya sejak kecil hingga kini. Wajar bila ia menyebut jasa sang ayah dalam kariernya juga terbilang besar.
5. Berpisah dari Keluarga di Usia 13 Tahun
Di usia yang belum genap menginjak remaja, Jorginho harus berpisah dari sang ibu dan berpetualang sejak 200 km dari rumahnya.
Hal ini dilakukannya untuk mewujudkan mimpinya menjadi pesepak bola kelas dunia di mana ia rela makan tiga kali sehari dengan menu yang sama dan jauh dari keluarganya.
6. Pergi ke Belahan Dunia Lain di Usia 15 Tahun
Saat remaja, Jorginho kian jauh meninggalkan keluarganya di mana di usia 15 tahun ia terbang ke Italia setelah diundang berlatih bersama Hellas Verona.
Di Italia, ia tinggal sendiri tanpa ada teman dan keluarga di masa mudanya. Di Italia pula ia mengalami pengalaman pahit dalam perjalanannya menjadi pesepak bola.
7. Nyaris Meninggalkan Sepakbola
Pengalaman pahit di Italia yang Jorginho rasakan adalah saat ia hanya menerima uang saku 20 euro saja per pekannya. Separuh lebih uang tersebut, ia pakai untuk membeli pulsa agar bisa menghubungi keluarganya.
Usut punya usut, 20 euro yang Jorginho dapatkan merupakan hasil penipuan yang dilakukan agennya. Seharusnya ia mendapat 30 ribu euro. Namun sang agen hanya memberinya 20 euro saja.
Hal tersebut membuatnya putus asa dan memberitahu ibunya bahwa ia ingin keluar dari sepakbola. Beruntung sang ibu berhasil meyakinkan Jorginho untuk tetap lanjut.
8. Menuai Hasil dari Perjuangannya
Pengalaman getir Jorginho akhirnya membuahkan hasil setelah pemain utama Hellas Verona cedera. Karena tak ada opsi lain, ia pun dimainkan.
Pengalamannya saat dipinjamkan ke Sambonifacese pun diterapkannya sehingga ia mampu mencuri hati sang pelatih dan berhasil mendapat tempat reguler serta menggusur pemain utama tersebut.
9. Hampir Bermain di Manchester City dan Sempat Dibenci Fans Chelsea
Jorginho sendiri sebelumnya hampir bergabung Manchester City pada 2018 silam. Apalagi, The Citizens dan Napoli telah mencapai kesepakatan soal harga.
Namun, hadirnya Maurizio Sarri ke Chelsea membuatnya lebih memilih bergabung The Blues di mana ia menjadi tumpuan dari gaya bermain ‘Sarri-Ball’ yang lekat dengan pelatih asal Italia tersebut.
Sayangnya, di awal kepindahannya ke Chelsea, Sarri dan Jorginho dibenci oleh fans The Blues yang menganggap taktik dan permainannya tak berguna.
Bahkan, kebencian kepada Jorginho masih berlanjut hingga era Frank Lampard yang hendak menjualnya ke Arsenal di musim panas 2020.
Beruntung kepindahan itu tak terlaksana dan Jorginho berhasil merebut hati fans Chelsea setelah menjadi tumpuan Thomas Tuchel sejak mengambil alih kursi kepelatihan di awal tahun 2021.
10. Alasan Membela Italia ketimbang Brasil
Jorginho yang lahir di Brasil sejatinya bisa saja membela tim Samba di pentas sepakbola ketimbang Timnas Italia. Lantas mengapa ia memilih Gli Azzurri?
Saat itu, Jorginho sama sekali tak dilirik untuk membela Brasil. Terlebih saat itu banyak pemain hebat di depannya yang menjadi pilihan utama.
Dengan alasan demi kariernya, ia pun memilih Italia. Siapa sangka hal tersebut adalah keputusan bijak mengingat ia bisa menjuarai Euro 2020 dan berkesempatan menambah gelar internasional di UEFA Nations League yang babak semifinalnya akan berlangsung pada 6-7 Oktober 2021 mendatang.
[Zulfikar Pamungkas Indrawijaya]