Suara.com - Penyerang West Ham United, Michail Antonio tengah menjadi sorotan usai mencatatkan torehan mentereng untuk The Hammers di awal musim Liga Inggris 2021/2022.
Setelah menyumbang satu gol saat West Ham menang 4-2 di markas Newcastle United pada laga pekan pembuka, Antonio mengemas brace saat timnya melibas Leicester City 4-2 pada laga pekan kedua di London Stadium, Selasa (24/8/2021) kemarin.
Torehan itu mengantarkan Michail Antonio telah mencatatkan 49 gol di pentas Liga Inggris selama berseragam West Ham.
Penyerang serbabisa berusia 31 tahun itu kini jadi top skor West Ham sepanjang masa di ajang Liga Inggris, mengungguli catatan legenda The Hammers, Paolo Di Canio dengan 47 gol di Premier League.
Baca Juga: Prediksi West Brom vs Arsenal di Piala Liga Inggris: Nasib Arteta di Ujung Tanduk
Moncer bersama klubnya, siapa yang menyangka Antonio ternyata punya background kehidupan yang cukup keras.
Penyerang berpaspor Inggris berdarah Jamaika ini tersebut rupanya tumbuh di lingkungan gangster, dan tak jarang melihat orang dibunuh di depan matanya sendiri.
"Banyak teman saya ditikam sampai mati. Beberapa di antaranya ditembak, namun tidak mati," ucap Antonio menceritakan masa kecilnya di Earsfield, London, dikutip dari The Sun.
"Saya sudah banyak melihat orang ditusuk, melihat semuanya. Ini sangat gila, tapi saat saya masih muda, hal itu sangat normal," sambung pemain bertubuh atletis itu.
"Ketika Anda mendengar ada seseorang ditikam dan reaksinya hanya 'oke, dia ditikam', lalu Anda pergi begitu saja. Itu bukan hal yang mengejutkan," kisahnya.
Baca Juga: Romelu Lukaku, The New Didier Drogba
Antonio sendiri memang lahir di Earlsfield, tepatnya disekitaran beroperasinya geng Stick 'Em Up Kids dan Terror Zone.
Sebagai anak yang tumbuh besar di lingkungan gangster, Antonio juga kerap terlibat perkelahian, bahkan juga di sekolah akibat pengaruh buruk lingkungannya.
"Di sekolah saya ada tiga geng. Saya anak yang kuat dan tumbuh besar dalam pertarungan. Saya selalu dapat bertarung," ungkap Antonio.
"Saat masih muda, mayoritas perempuan hanya ingin dengan laki-laki yang nakal dan punya uang. Bagaimana mendapatkan itu ketika masih sekolah? Caranya hanya satu, yakni bergabung dengan geng."
"Tapi, saya tidak pernah percaya dengan cara itu. Dalam hati say, saya selalu ingin menjadi pesepakbola. Dan benar saja, saya menjadi pemain profesional. Singkatnya, sepakbola menyelamatkan saya dari hidup saya yang kelam," tukas eks pemain Reading, Sheffield Wednesday dan Nottingham Forest itu.
[Eko Isdiyanto / Rully Fauzi]