Suara.com - Pecinta sepak bola tentu tak asing dengan sosok Roman Abramovich. Pria asal Rusia ini dikenal sebagai pemilik klub Chelsea. Namun, tak banyak yang tahu akan latar belakangnya yang merupakan anak yatim piatu saat kecil.
Roman Abramovich menjadi salah satu sosok berpengaruh di sepak bola, terutama di Inggris. Berkat kehadirannya, dominasi menahun Manchester United dan Arsenal di Liga Inggris harus hancur.
Ya, bilyuner berusia 54 tahun ini mengubah peta sepak bola Inggris dan bahkan Eropa berkat kekayaannya kala mengakuisisi Chelsea di tahun 2003.
Di tangan Abramovich, Chelsea yang sebelumnya kurang dominan, mampu menjelma menjadi kekuatan menakutkan di Inggris dan Eropa.
Baca Juga: Caroline Lijnen, Mantan Kevin De Bruyne yang Ngaku Pernah 'Ditiduri' Thibaut Courtois
Total 18 gelar telah direngkuh Chelsea baik di kancah domestik maupun Eropa selama 18 tahun kepemimpinan Roman Abramovich hingga saat ini.
Abramovich memiliki dua sisi di mata pecinta sepak bola. Selain sebagai pemilik yang royal, ia juga dikenal sebagai pemilik yang kejam karena tak segan memecat pelatih jika Chelsea gagal bersaing.
Kepemimpinan Abramovich ini pun banyak disegani dan banyak pula disindir. Namun, apapun perkataan yang mengarah padanya, mampu dibuktikan lewat prestasi Chelsea sendiri.
Meski dikenal sebagai pemilik klub ternama dan salah satu orang terkaya di dunia, tak banyak yang tahu rekam jejak Abramovich sebelum menjadi pemilik Chelsea.
Berikut akan disajikan kisah perjalanan serta latar belakang Roman Abramovich.
Baca Juga: Menang Telak, Jota dan Mane Bawa Liverpool Naik ke Puncak Klasemen
Yatim Piatu, Mantan Gubernur Rusia dan Kawan Karib Vladimir Putin
Roman Abramovich lahir di Saratov, Uni Soviet pada tanggal 24 Oktober 1966. Sejak kecil, hidupnya bisa dikatakan berat karena kehilangan sang ibu di usia 1 tahun dan ayah di usia 3 tahun karena meninggal dunia.
Kepergian ibu dan ayah membuat Abramovich diasuh oleh sang paman di Kota Ukhta. Layaknya kisah orang sukses lainnya, ia pun bekerja sejak kecil.
Abramovich diketahui pernah menjual ban bekas di apartemennya. Bahkan, karena hidup di negara yang identik dengan peperangan di masa itu, ia harus menjalani wajib militer di masa muda.
Setelah mengikuti wajib militer, Abramovich berkuliah sembari berbisnis. Di bidang akademik, ia mampu meraih gelar dari Akademi Hukum Negeri Moskow.
Pada era 1980 an, Rusia menerapkan kebijakan reformasi bisnis di mana hal tersebut membuka jalan bagi Abramovich untuk menjadi salah satu orang terkaya di dunia saat ini.
Dengan uang simpanannya, Abramovich mendirikan perusahaan mainan dan menjual di apartemennya. Meski mendapat untung kecil, namun pelajaran berharga baginya adalah pengalaman.
Pasca runtuhnya komunis di Rusia, Abramovich kian menjadi-jadi di bidang bisnis. Ia membeli perusahaan-perusahaan kecil yang kemudian ia jual dengan harga tinggi.
Hingga pada tahun 1995, Abramovich bertemu Boris Berezovsky dan sepakat bermitra untuk mengakuisisi perusahaan minyak bernama Sibneft dengan nilai 100 juta dolar.
Nilai terbilang besar itu nyatanya merupakan nilai kecil. Sebab, Sibneft diketahui memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari apa yang ditawarkan Abramovich dan Boris.
Pada tahun 2000, Boris meninggalkan Rusia karena kasus penipuan dan menjual sahamnya ke Abramovich. Dari sanalah pundi-pundi kekayaannya melonjak drastis.
Tak cukup minyak, Abramovich juga mengekspansi pasar alumunium di mana saat itu Rusia tengah terjadi ‘perang alumunium’. Lagi-lagi ia pun memenangkan perang alumunium di Rusia.
Setelah menjual Sibneft dengan harga 1,8 miliar poundsterling, Abramovich melanjutkan ekspansinya ke dunia sepak bola dengan mengakuisisi Chelsea.
Saat itu, Abramovich mengakuisisi Chelsea dengan mahar 150 juta poundsterling saja. Negosiasi pun tak berjalan lama. Disebutkan akuisisi ini hanya menghabiskan waktu 15 menit dalam proses negosiasinya.
Selain di dunia bisnis, Abramovich juga memiliki tinta emas di pemerintahan. Diketahui, ia merupakan mantan Gubernur provinsi Chukotka yang terpilih pada tahun 1999 dan masa jabatannya berlangsung dari 2000 hingga 2008.
Terpilihnya Abramovich tak lepas dari kedekatannya dengan Presiden Rusia kala itu, Boris Yeltsin. Karena kedekatan dengan Yeltsin itu pula, Abramovich bak menjadi pengatur tata pemerintahan Rusia.
Ia menjadi orang pertama yang merekomendasikan Vladimir Putin sebagai pengganti Yeltsin. Abramovich juga diketahui orang yang mewawancarai kandidat yang akan mengisi kabinet pertama Putin.
Kedekatan dengan Putin ini membuat Abramovich sangat dipandang di Kremlin. Bahkan disebutkan, kedekatan keduanya bak ayah dan anak di mana Abramovich menaruh hormat kepada sosok nomor 1 Rusia tersebut.
Kontributor: Zulfikar Pamungkas