Suara.com - Bagi para pesepak bola, medali juara atau trofi adalah raihan tertinggi dalam kariernya. Tapi, keberuntungan juga menjadi salah satu faktor penentu, seperti apa yang dialami Pegguy Arphexad.
Tak banyak pecinta sepak bola yang mengenal sosok Pegguy Arphexad. Pasalnya, ia menghabiskan kariernya sebagai kiper ketiga.
Pegguy merupakan kiper kelahiran Guadeloupe, sebuah wilayah di Laut Karibia bagian timur yang masuk dalam bagian negara Prancis.
Perjalanan karier pria yang kini berusia 48 tahun itu dimulai dari Guadeloupe bersama L'Etoile sebelum diboyong tim Prancis, Brest Armorique pada 1989.
Baca Juga: Komentar Virgil Van Dijk Saat Kembali Bermain Setelah Lama Absen
Tak berselang lama, Pegguy Arphexad diboyong Lille dan hanya bertahan setahun sebelum hijrah RC Lens dan kembali ke Les Dogues lima tahun kemudian.
Kebersamaan Pegguy dengan Lille kembali tak berlangsung lama. Setahun setelahnya yakni di tahun 1997, ia diboyong ke Inggris oleh Leicester City dan bertahan hingga tahun 2000.
Setelahnya, Pegguy diikat oleh Liverpool hingga 2003 dan akhirnya kembali bergonta-ganti klub setiap satu tahun sebelum memutuskan pensiun di Olympique Marseille pada 2005.
Total Pegguy telah membela sembilan klub berbeda sejak 1989 hingga 2005. Namun, banyaknya klub itu ternyata tak selaras dengan jumlah penampilan sepanjang kariernya yang hanya menyentuh 47 penampilan, seperti yang dikutip dari Transfermarkt.
Sedikitnya jumlah penampilan itu merupakan hal wajar mengingat dirinya berstatus kiper ketiga saja di sebagian klub yang dibelanya.
Baca Juga: Kisah Wes Morgan, Eks Mahasiswa Ekonomi yang Jadi Legenda Leicester City
Meski demikian, Pegguy Arphexad terbilang kaya akan medali juara yang telah ia terima bersama klub-klub tersebut. Lantas, apa saja gelar yang telah ia raih?
Pegguy Arphexad, Si ‘Camat’ yang Bergelimang Gelar
Istilah ‘camat’ atau cadangan mati digunakan oleh para pecinta sepak bola Tanah Air untuk menggambarkan sosok kiper ketiga.
Istilah ‘camat’ pun juga berlaku untuk Pegguy Arphexad yang disebut hanya memainkan 47 laga kompetitif saja sepanjang kariernya yang berlangsung selama 16 tahun.
Dilansir dari Transfermarkt, jumlah penampilan terbanyak Pegguy hanya terjadi saat membela Leicester City di mana ia tampil sebanyak 24 kali atau 1892 menit dan 23 laga sisanya ia habiskan bersama delapan tim lainnya.
Meski ‘camat’ seperti Pegguy ini terbilang minim tampil, namun tetap saja ia dianggap berjasa oleh suatu klub saat berhasil meraih gelar.
Jika dihitung, dalam 16 tahun kariernya, Pegguy telah meraih tujuh trofi bergengsi di mana semua itu ia dapatkan di Inggris kala bermain untuk Liverpool dan Leicester City.
Bersama Leicester, Pegguy mendapat medali dan mengangkat trofi Piala Liga Inggris di musim 1999-2000 meski hanya berstatus cadangan.
Lalu di Liverpool, enam gelar dan medali mampu ia rengkuh yakni dua Piala Liga, Community Shield, Piala FA, Piala UEFA, dan Piala Super UEFA.
Sama seperti di Leicester, Pegguy tak bermain satu kalipun dan hanya menjadi cadang sehingga mendapat kalungan medali saat persembahan trofi ke skuat Liverpool.
Apa yang dialami Pegguy ini pun juga dialami oleh Tom Starke bersama Bayern Munich di mana ia meraih 15 gelar meski hanya tampil 12 kali saja dengan catatan kebobolan 12 gol seperti yang dikutip dari Transfermarkt.