Suara.com - Tensi Tinggi, Ini 5 Derby Paling Kejam di Sepak Bola Argentina
Argentina merupakan salah satu negara yang identik dengan sepak bola. Selain banyak melahirkan bintang-bintang besar, negeri Tango ini memiliki liga domestik yang kerap menampilkan derby-derby panas.
Derby sendiri merupakan sebuah laga yang mempertemukan dua tim yang memiliki rivalitas. Umumnya, derby identik dengan pertarungan dua tim sekota.
Di Argentina sendiri banyak derby yang tercipta. Bahkan untuk satu provinsi saja yakni di Buenos Aires, terdapat 60 derby lebih.
Baca Juga: Mengenal Kompetisi Sepak Bola Tersingkat di Dunia, Cuma Berlangsung Seminggu
Sedangkan derby terbesar dan paling terkenal di Argentina sendiri ada 9 derby. Dari jumlah tersebut, ada 5 derby terpanas dan masuk kategori terkejam karena tensi tinggi yang dimainkan. Berikut ulasannya.
1. Superclasico
Superclasico atau biasa disebut superderby menjadi laga derby paling penting di sepak bola Argentina yang mempertemukan dua tim ibu kota, Boca Juniors dan River Plate.
Latar belakang lahirnya derby ini sendiri berasal dari perbedaan kelas sosial kedua tim. River Plate berasal dari kawasan elit, sedangkan Boca Junior berasal dari kawasan pelabuhan yang didominasi pekerja kelas bawah.
Hingga artikel ini dibuat, kedua tim telah bertemu sebanyak 255 kali dengan hasil yang hampir imbang yakni 89 kali kemenangan untuk Boca Juniors, 83 kali hasil imbang dan 83 kali kemenangan untuk River Plate.
Baca Juga: Lionel Messi Punya Klausul Kontrak Khusus di PSG, Publik Argentina Dijamin Senang
Saking panasnya pertandingan ini, majalah di Inggris seperti The Observer menempatkan derby ini di posisi teratas 50 pertandingan olahraga yang harus ditonton sebelum meninggal dunia.
2. Derby Avellaneda
Derby Avellaneda menjadi derby terpanas kedua di Argentina yang mempertemukan dua tim asal Avellaneda, Independiente dan Racing.
Panasnya derby ini tak lepas dari fakta bahwa Independiente dan Racing masuk dalam empat klub terpopuler di Argentina dengan banyaknya pendukung.
Derby ini tercipta di awal dekade abad ke-20, tepatnya di tahun 1907. Derby ini pun kian panas mengingat markas atau stadion kedua tim hanya berjarak 200 meter saja.
Total 227 pertandingan telah dilakoni kedua tim di mana Independiente paling mendominasi dengan 86 kemenangan, Racing dengan 74 kemenangan dan 67 laga lainnya berakhir imbang.
3. Derby Rosario
Selain ada superclasico, Argentina memiliki derby lainnya dari provinsi Santa Fe. Derby tersebut bernama Rosario Derby.
Rosario derby sendiri mempertemukan dua tim asal kota Rosario yakni Newell’s Old Boys dan Rosario Central.
Derby ini tercipta pertama kali pada 1905 dan telah berlangsung sebanyak 268 kali di mana Rosario Central memenangkan 90 laga, Newell’s Old Boys dengan 75 kemenangan dan 101 laga berakhir imbang.
4. Derby La Plata
Buenos Aires masih memiliki derby panas lainnya yakni derby La Plata antara Estudiantes dan Gimnasia y Esgrima.
Persaingan keduanya begitu kental hingga akar rumput. Dalam satu kejadian, fans Gimnasia pernah mengirim ancaman pembunuhan ke timnya sendiri agar mengalah dari Boca Juniors.
Ancaman ini muncul karena pendukung Gimnasia tak ingin melihat Estudiantes memiliki peluang untuk juara dan gelar juara jatuh ke tangan Boca Juniors.
Hingga saat ini, derby La Plata telah tercipta sebanyak 180 kali di mana 66 kemenangan didapat oleh Estudiantes, 50 kemenangan didapat Gimnasia dan 64 laga lainnya berakhir imbang.
5. Clasico del Sur
Clasico del Sur atau derby selatan ini mempertemukan dua tim dari daerah selatan Buenos Aires yakni Banfield dan Lanus.
Awal mulanya, di tahun 1960 dan 1970 an kedua tim berteman dan lebih sibuk dengan rival-rivalnya seperti Banfield dengan Los Andes dan Talleres dengan Lanus.
Rivalitas keduanya baru bangkit di akhir 1980 dan 1990 an saat keduanya promosi ke divisi teratas. Selain itu, letak markas keduanya yang hanya berjarak 4 kilometer membuat keduanya pun bersaing.
Hingga kini, kedua tim telah bertemu sebanyak 103 kali di mana Banfield memenangkan 42 laga, Lanus memenangkan 33 laga dan 28 laga sisanya berakhir imbang.
Kontributor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya