Dua pekan lalu, Messi masih yakin bakal dikontrak Barcelona, tapi sewaktu terbang ke Paris, dia merasa telah dikhianati oleh Barca.
Dia memang tak mengkritik siapa pun saat konferensi pers Minggu, tapi mengisyaratkan tidak puas terhadap usaha Barcelona dalam membela dia.
Padahal Messi sudah setuju memperpanjang kontrak dengan bayaran dipangkas 50 persen. Barcelona beralasan, aturan financial fair play membuat mereka mustahil mendaftarkan Messi.
Sebelum pandemi, batas belanja Barca untuk gaji pemain adalah 600 juta euro (Rp10,1 triliun). Musim mendatang bisa sekitar 200 juta euro (Rp3,3 triliun).
Laporta menjelaskan musim lalu Barca rugi 500 juta euro (Rp8,4 trilun) atau dua kali lipat dari perkiraan.
Dia juga mengungkapkan gaji untuk Messi membuat anggaran gaji klub ini mencapai 110 persen dari pendapatannya; tanpa Messi menjadi 95 persen.
Padahal La Liga memiliki aturan porsi upah terhadap pendapatan harus 70 persen. Artinya, sekalipun Messi tak digaji, Barca tetap tak akan bisa memenuhi syarat minimun belanja pemain 70 persen itu.
![Gestur Presiden Barcelona Joan Laporta di acara konferensi pers kepergian Messi yang digelar di Camp Nou, Minggu (10/8/2021). [AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/10/80320-joan-laporta.jpg)
Kambinghitamkan Direksi Sebelumnya
Ironisnya meski sudah tahu soal ini sejak lama, Laporta malah membeli Eric Garcia, Segio Aguero, Emerson dan Memphis Depay.
Baca Juga: Mulai Berlatih Bersama PSG, Lionel Messi: Saya Ingin Segera Bermain
Dia mengambinghitamkan "kapal karam" ini kepada direksi sebelumnya, tetapi tindakannya tak mencerminkan Barcelona tengah menghadapi krisis hebat oleh mismanajemen bos sebelumnya, Josep Maria Bartomeu.