Sejarah Piala Super Eropa, Lahir Gara-gara Kehebatan Klub-klub Belanda

Irwan Febri Rialdi Suara.Com
Kamis, 12 Agustus 2021 | 11:57 WIB
Sejarah Piala Super Eropa, Lahir Gara-gara Kehebatan Klub-klub Belanda
Chelsea juara Piala Super Eropa 2021 usai mengalahkan Villareal lewat adu penalti dengan skor 6-5. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Piala Super Eropa atau UEFA Super Cup dikenal sebagai salah satu laga prestisius di benua biru. Siapa sangka, awal mula hadirnya ajang ini karena dominannya klub-klub Belanda.

Piala Super Eropa merupakan sebuah ajang yang mempertemukan jawara Liga Champions dan Liga Europa (Piala UEFA) dalam satu musim kompetisi.

Jauh sebelumnya, ajang ini mempertemukan juara Liga Champions dan juara Piala Winners UEFA yakni sebelum musim 1999-2000.

Sebagai informasi, sejak tahun 1998 hingga 2012, Piala Super Eropa selalu digelar di Stadion Louis II, Monako. Selepasnya, UEFA mulai melakukan pemilihan stadion.

Baca Juga: Chelsea Juara Piala Super Eropa, Hakim Ziyech Dibekap Cedera Bahu

Untuk tahun 2021 ini, Piala Super Eropa digelar di Belfast, Irlandia Utara di mana Chelsea yang berstatus juara Liga Champions, berhadapan dengan Villarreal selaku juara Liga Europa.

Di laga yang berlangsung Kamis (12/8/21) dini hari WIB tersebut, Chelsea berhasil menggondol piala ke London usai mengalahkan Villarreal lewat drama adu penalti.

Keberhasilan ini menjadi keberhasilan kedua Chelsea di Piala Super Eropa. Sebelumnya, The Blues menjuarai ajang ini pada tahun 1998 yang kala itu berstatus juara Piala Winners dan berhadapan dengan Real Madrid.

Kembali ke Piala Super Eropa, ide terciptanya ajang ini semata-mata untuk menentukan siapa yang terbaik di benua biru antara dua tim yang merajai dua kompetisi elit.

Ternyata, penentuan tim terbaik Eropa ini tak lepas dari kehebatan klub-klub Belanda yang menguasai kompetisi benua biru. Lantas, bagaimana kisahnya?

Baca Juga: Villarreal Gagal Angkat Trofi Piala Super Eropa, Emery: Ini Salah Saya, Bukan Pemain

Kehebatan Klub-klub Belanda

Di era 1970 an, sepak bola Belanda tengah naik daun. Saat itu, dalam empat musim beruntun yakni sejak tahun 1970 hingga 1973, klub asal negeri Kincir Angin menjuarai European Cup (Liga Champions).

Waktu itu, Feyenoord Rotterdam yang menancapkan tajinya pertama kali dengan menjuarai European Cup 1970. Setelahnya, giliran Ajax Amsterdam yang menjuarainya di tahun 1971, 1972 dan 1973.

Karena dominasi klub asal Belanda itulah, wartawan De Telegraaf, Anton Witkamp, memiliki ide untuk membuat pertandingan guna menentukan yang terbaik di Eropa dengan mempertemukan juara European Cup dengan Piala Winners.

Ide Witkamp ini disampaikan ke Presiden Ajax saat itu, Michael van Praag pada 1972. Setelahnya, ide ini juga diajukan ke UEFA agar menjadi laga resmi.

Sayangnya, ide tersebut ditolak oleh Presiden UEFA kala itu, Artemio Franchi. Penolakan ini berlandaskan fakta bahwa Rangers selaku juara Piala Winners tengah mendapat hukuman akibat ulah fansnya.

Meski ditolak, nyatanya laga tersebut tetap digelar di mana Ajax mampu membekuk Rangers dengan skor agregat 6-3 dalam format dua leg.

Barulah pada tahun 1973 UEFA mulai mendukung dan mengakui laga ini. Kendati baru diakui setahun berikutnya, laga Ajax vs Rangers tetap dianggap sebagai laga pertama Piala Super Eropa.

Di edisi perdana setelah pengakuan UEFA, Ajax kembali tampil dan bertemu AC Milan masih dalam format dua leg. Di laga itu, De Godenzonen kembali menang dengan agregat 6-1.

Format dua leg ini terus bertahan hingga tahun 1997. Barulah format ini dihapuskan menjadi satu leg saja pada tahun 1998 saat Real Madrid bertemu Chelsea.

Meski format dua leg berlangsung sejak 1972 hingga 1997, ada dua pertandingan yang tak memainkan laga dua kali yakni pada tahun 1984 antara Juventus vs Liverpool, tahun 1986 antara Steaua Bucuresti vs Dynamo Kiev, dan 1991 antara Manchester United vs Crvena Zvezda.

Selain itu, Piala Super Eropa juga tak setiap tahunnya digelar. Pada 1974 contohnya, Bayern Munchen dan FC Magdeburg yang dijadwalkan bertemu malah tak menemui kesepakatan soal jadwal pertandingan.

Lalu pada tahun 1981, Liverpool yang harusnya bertemu Dinamo Tbilisi juga tak menggelar Piala Super Eropa. Pun di tahun 1985 di mana Everton selaku Piala Winners tak bisa bermain akibat adanya larangan tanding untuk klub Inggris.

Kontributor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI