Suara.com - Kompetisi sepakbola di Indonesia seperti Liga 1 dan Liga 2 harus bergulir meski COVID-19 nyata-nyata masih menghantui Tanah Air. Demikian seperti disampaikan Sekjen PSSI, Yunus Nusi, yang menyebut jika kondisi persepakbolaan Indonesia terus dipantau oleh FIFA dan juga AFC.
Seperti diketahui, kompetisi resmi ataupun liga sepakbola profesional di Indonesia sudah tak berjalan sejak Maret 2020. Pandemi COVID-19 membuat penyelenggaraan Liga 1 dan 2 Liga 2 menjadi sulit.
Sempat ada harapan Liga 1 2021-2022 akan kick-off pada 9 Juli lalu. Namun, rencana tersebut gagal lantaran melonjaknya angka penyebaran COVID-19 di Tanah Air.
Setelah tertunda, PSSI bersama PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) pun merencanakan kick-off musim baru Liga 1 pada 20 Agustus nanti.
Baca Juga: Liga 1 Segera Bergulir, Arema FC Siap Terapkan Prokes Ketat
Akan tetapi, ini pun belum benar-benar 100 persen pasti lantaran belum ada konfirmasi dari PSSI maupun PT LIB terkiat sudah ada atau belum rekomendasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Rekomendasi dari BNPB diperlukan agar kompetisi bisa bergulir, meski beberapa waktu lalu izin dari kepolisian untuk penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2 sudah dikeluarkan.
"Saya pikir PSSI memang harus segera menjalankan kompetisi karena bisa berpengaruh terhadap penilaian FIFA, AFC, dan juga AFF terhadap kami. Mereka kan terus memantau sepakbola Indonesia," kata Yunus Nusi dalam rilis yang diterima Suara.com, Selasa (3/8/2021).
"Apalagi, kita juga akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, play-off Kualifikasi Piala Asia dan Kualifikasi Piala Asia U-23," tambah mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI tersebut.
Dalam waktu dekat, yang pasti PSSI dan PT LIB akan menggelar pertemuan dengan perwakilan dari 18 klub Liga 1 untuk membahas rencana kompetisi start pada 20 Agustus nanti.
Baca Juga: PSMS Medan Kembali Kumpulkan Skuad untuk Persiapan Jelang Liga 2 2021
"Dalam waktu dekat kami akan menggelar pertemuan virtual dengan seluruh perwakilan klub Liga 1. Tentu kompetisi sementara akan tanpa penonton," jelas Yunus Nusi.
"Kita lihat perkembangan ke depan apakah bisa dengan penonton dengan kapasitas tertentu atau tidak," pungkasnya.