Gempita Euro 2020 di Puskas Arena, Efektivitas Vaksin COVID-19 dan Babak Akhir Pandemi

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 25 Juni 2021 | 21:54 WIB
Gempita Euro 2020 di Puskas Arena, Efektivitas Vaksin COVID-19 dan Babak Akhir Pandemi
Suporter penuhi Stadion Puskas Arena, Budapest, Hungaria, ketikan Portugal menghadapi Prancis di laga Grup F Euro 2020, 23 Juni 2021. [AFP]

Kini, angka itu turun drastis menjadi 60.867 kasus baru per hari. Kombinasi langkah darurat kesehatan yang keras dan vaksinasi yang ekstensif membuat India bisa menekan lagi angka infeksinya.

Di Asia sendiri, dua negara Arab, yakni Bahrain dan Qatar, adalah negara-negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi, masing-masing 114,94 dosis dan 100,62 dosis per 100 orang. Artinya, seluruh penduduk di dua negara itu sudah divaksin, minimal disuntik dosis pertama.

Negara Asia lain yang angka vaksinasinya tinggi adalah Singapura 85,96 persen, China yang berpenduduk 1,39 miliar sudah 72,93 persen, Turki 51,73 persen dan Arab Saudi 48,07 persen. Dan rata-rata di negara-negara ini, angka infeksi jauh menurun dibandingkan dengan sebelumnya, bahkan mendatar.

“Jelas sekali vaksin itu efektif. Di negara-negara di mana kasus infeksi turun dalam beberapa bulan belakangan, vaksin telah menyelamatkan banyak nyawa. Dan di negara-negara yang tengah berjuang melawan gelombang ketiga atau keempat, vaksin juga menyelamatkan banyak nyawa,” tulis Financial Times atau FT, dalam laporannya 21 April 2021.

Analisis FT terhadap data di lima negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, Prancis dan Chile menunjukkan, tingkat infeksi, rawat inap dan kematian menurun drastis pada kelompok lansia, setelah vaksin disuntikkan.

Angka ini bahkan tercipta pada saat negara-negara menghadapi varian baru COVID-19 dan gelombang ketiga pandemi. Lansia adalah kelompok usia yang paling tervaksinasi karena diprioritaskan di mana-mana.

Fakta ini berlawanan dengan pola yang terlihat pada gelombang pertama pandemi, sebelum ada vaksin, di mana angka kematian pada lansia masih tinggi.

Suporter penuhi Stadion Puskas Arena, Budapest, Hungaria, ketikan Portugal menghadapi Prancis di laga Grup F Euro 2020, 23 Juni 2021. [AFP]
Suporter penuhi Stadion Puskas Arena, Budapest, Hungaria, ketikan Portugal menghadapi Prancis di laga Grup F Euro 2020, 23 Juni 2021. [AFP]

Babak Akhir Pandemi

Korelasi vaksinasi dengan turunnya kasus infeksi diyakini di mana-mana. Semakin banyak negara yang menyadarinya, terutama setelah gelombang ketiga di India bulan lalu.

Baca Juga: Rahasia Diet Cristiano Ronaldo Agar Selalu Bugar, Cola-cola Tak Masuk Menu

Vietnam misalnya, yang naik ratusan per hari saja sudah sangat gelisah, tahu pasti prokokol kesehatan kali ini tak cukup bisa membendung varian baru yang lebih berbahaya.

Vietnam menyadari terlambat memvaksinasi warganya. Nasionalisme yang tinggi yang tak mau membeli vaksin buatan asing, khususnya China, membuat Vietnam menunggu keluarnya vaksin produk dalam negeri. Tapi varian baru datang lebih cepat dari pada datangnya vaksin produk negeri sendiri.

Negara yang dalam soal wabah selalu punya prinsip “sedia payung sebelum hujan” itu seketika menutup lagi dirinya, sampai-sampai mengusulkan kepada negara-negara ASEAN agar SEA Games ditunda karena khawatir lalu lintas sosial antarnegara menciptakan gelombang infeksi yang lebih dahsyat.

Sementara Malaysia yang juga menyadari tingkat vaksinasinya masih rendah, hanya sedikit di atas Indonesia pada 18,70 dosis per 100 orang, tak mau terpapar varian baru dan tak mau disapu gelombang ketiga seperti India ketika menjadi negara tertinggi kenaikan kasusnya. Mereka pun memberlakukan lockdown.

Malaysia belajar dari kasus India yang sempat euforia ketika penetrasi vaksin baru 10 persen padahal proporsi itu tak cukup kuat melawan gelombang ketiga COVID-19 yang datang tak terdeteksi.

Malaysia menyadari sampai herd immunity atau kekebalan kelompok tercipta, lockdown masih pilihan yang paling masuk akal.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI