Tembakan ke tengah gawang juga tidak boleh terlalu keras, agar bola tidak membentur kaki penjaga gawang saat sedang melompat ke samping.
Tetapi juga tidak boleh terlalu lemah karena kiper yang sudah terlanjur bergerak ke samping akan punya waktu untuk balik ke posisi tengah.
Dari hasil latihan dan risetnya itulah Panenka punya keinginan untuk menggunakan teknik tersebut jika mendapat kesempatan menjadi eksekutor penalti di Piala Eropa.
Dan kesempatan itu pun datang ketika pertandingan final melawan Jerman harus ditentukan lewat adu penalti. Panenka mendapat giliran menentukan ketika penalti pemain Jerman sebelumnya gagal.
"Ketika itu seperti sudah ditakdirkan Tuhan. Saya seribu persen yakin untuk menggunakan teknik itu untuk membuat gol." kata Panenka yang bermain pada posisi gelandang serang.
Teknik tendangan penalti dan ketenangannya dalam memperdaya kiper sehebat Sepp Maier itulah yang membuat Panenka mendapat pujian dari para komentator dan kalangan sepak bola dunia.
Bahkan legenda sepak bola Brazil Pele sempat mengatakan bahwa cara tembakan penalti seperti itu hanya dilakukan oleh kalau tidak seorang jenius, ya oleh orang gila.
Istilah penalti Panenka pun sering muncul dalam tulisan dan diskusi di media massa jika ada pemain yang menggunakan teknik tersebut hingga sekarang.
Pada era selanjutya sejumlah pemain top dunia banyak yang meniru teknik Panenka, di antaranya Zinedine Zidane di Piala Dunia 2006, serta yang dilakukan oleh pemain Italia Francesco Totti dan Herder Postiga dari Portugal.
Baca Juga: Sergio Ramos Tinggalkan Real Madrid, Tradisi Kapten Los Blancos Terancam Putus
Meskipun demikian banyak juga kegagalan dalam mempraktikkan teknik Panenka ini, apalagi teknik itu sudah mulai banyak dikenal dan dipelajari para kiper.