Dikritik Habis soal Line-up di Final Liga Champions, Ini Pembelaan Guardiola

Rully Fauzi Suara.Com
Senin, 31 Mei 2021 | 16:55 WIB
Dikritik Habis soal Line-up di Final Liga Champions, Ini Pembelaan Guardiola
Ekspresi kekecewaan manajer Manchester City, Pep Guardiola usai timnya kalah 0-1 dari Chelsea pada laga final Liga Champions di Estadio do Dragao, Porto, Portugal, Minggu (30/5/2021). [Jose Coelho / AFP / POOL]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Manajer Manchester City, Pep Guardiola dikritik habis-habisan soal pemilihan line-up alias starting XI-nya di laga final Liga Champions 2020/2021 kontra Chelsea, Minggu (31/5/2021). Dinilai keras kepala dan ingin terlalu show-off sebagai pelatih top, pria berusia setengah abad itu pun melontarkan pembelaannya.

Sejatinya diunggulkan menang dan jadi kampiun, Manchester City justru menyerah 0-1 dalam laga yang dihelat di Estadio do Dragao, Porto, Portugal, dan harus merelakan gelar juara Liga Champions melayang ke tangan Chelsea.

Menghadapi formasi 3-4-3 milik pelatih Chelsea Thomas Tuchel, Guardiola mengusung patron 4-3-3 andalannya, lagi-lagi dengan false nine dengan Kevin De Bruyne kali ini bertugas sebagai 'penyerang palsu'.

Meski sudah menurunkan tiga gelandang sentral, serta De Bruyne yang juga memang rajin bergerak ke belakang, nyatanya lini tengah Manchester City benar-benar didominasi para gelandang Chelsea, khususnya sang jangkar N'Golo Kante.

Guardiola memang memutuskan tak memainkan gelandang bertahan dalam starting XI-nya, entah itu Fernandinho atau Rodri, dengan hanya menurunkan Ilkay Gundogan sebagai gelandang sentral tunggal, yang disokong Bernardo Silva dan Phil Foden, duo gelandang yang notabene lebih berkarakter menyerang.

Hasilnya, Chelsea mendominasi penuh lapangan tengah pada laga babak pertama dengan mendapatkan sejumlah peluang emas. Kai Havertz lantas membuat The Blues unggul lewat golnya di menit ke-42.

Guardiola seperti baru menyadari kesalahan taktikalnya ini pada menit ke-64, dengan menarik keluar Bernardo untuk digantikan Fernandinho.

Setelah momen itu, permainan Manchester City praktis membaik, lebih menguasai laga dan lebih berani dalam menyerang. Lini tengah mereka jelas lebih seimbang dengan kehadiran sosok Fernandinho. 

Namun sampai pertandingan berakhir, Chelsea terus tampil solid dan disiplin, sebagaimana lini pertahanan mereka begitu sulit ditembus dengan Kante sebagai jangkar.

Baca Juga: Guardiola Gagal Menangi Liga Champions karena Dikerjai Dukun Afrika, Benarkah?

Skor 1-0 pun berhasil dipertahankan Chelsea dan mereka sukses menggondol gelar Liga Champions keduanya. Di sisi lain, Manchester City masih tanpa trofi 'Si Kuping Besar' sepanjang sejarah klub.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI