Suara.com - Klub Liga Inggris Southampton lega setelah Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) mengabulkan banding kartu merah langsung kontroversial kepada bek Jan Bednarek, saat digunduli Manchester United 0-9 dalam laga lanjutan Liga Inggris 2020/2021 tengah pekan ini.
FA memutuskan Bednarek bisa dimainkan lagi dalam pertandingan Southampton berikutnya setelah Komisi Regulasi menguatkan klaim sang pemain telah keliru diputuskan mendapatkan kartu merah, dan untuk itu larangan bermainnya pun dicabut.
Sebelum itu, manajer Southampton Ralph Hasenhuttl geram karena kartu merah Bednarek memanjangkan daftar pemain absen Southampton karena cedera dan permasalahan lainnya.
Mengutip data primeinjuries.com, Southampton memang tim Liga Inggris yang paling terpangkas kekuatannya akibat banyaknya pemain yang absen, khususnya gara-gara cedera.
Baca Juga: Mason Mount Puji Habis Strategi False Nine Tuchel di Chelsea
Sampai 5 Februari ini, kubu The Saints kehilangan 12 pemain utamanya, padahal kompetisi sudah lebih separuh jalan.
Tim Liga Inggris lain yang belakangan terpaksa mengkerut kekuataannya adalah Crystal Palace yang terpangkas oleh absennya 10 pemain karena cedera.
Juara bertahan Liga Inggris, Liverpool yang tumbang di tangan Brighton tengah pekan ini juga terpangkas banyak, setelah sembilan pemainnya absen karena belitan cedera. Uniknya, Brighton juga kehilangan delapan pemain karena cedera.
Tim-tim lain yang kehilangan banyak pemain adalah Sheffield United dan Leicester City masing-masing enam, sedangkan Wolves, Burnley dan Arsenal masing-masing lima pemain.
Semua tim Liga Inggris menghadapi masalah cedera, tapi tidak ada yang sebanyak tim-tim itu. Dan itu merusak performa mereka.
Baca Juga: Blak-blakannya Pique, Ngomong soal Real Madrid, Ramos dan Luis Suarez
Contohnya Liverpool yang musim lalu begitu perkasa, musim ini mesti terjengkang ke posisi keempat klasemen Liga Inggris sampai pekan ke-22 akibat skuat yang mengkerut ini.
Padahal jauh sebelum musim ini dimulai dan bahkan saat Liga Inggris musim 2019/2020 restart Juni tahun lalu setelah dihentikan pandemi COVID-19, tim-tim Liga Inggris sudah diprediksi bakal menghadapi risiko cedera pemain.
Faktor terbesarnya adalah tim-tim Liga Inggris harus memainkan 2-3 pertandingan dalam satu pekan, setelah pandemi memaksa otoritas liga memangkas waktu kompetisi sehingga jadwal bertanding pun dipadatkan.
Turut Menekan Jumlah Cedera
Para manajer pun berpikir keras, tidak saja demi memenangkan setiap laga, namun juga dalam bagaimana menjaga pemain mereka tetap bugar.
Rotasi pemain yang lebih kerap menjadi jalan keluar umum yang ditempuh manajer sampai-sampai adagium lama 'don't change the winning team' pun tak berlaku lagi.
Tampil cemerlang pun bukan jaminan si pemain diturunkan lagi sebagai starter pada laga berikutnya. Dan ini membuat tim-tim Liga Inggris tidak konsisten, kecuali bisa dibilang Manchester City yang kini kukuh di pucuk klasemen kompetisi musim 2020/2021.
Rotasi hanya salah satu cara, karena yang paling dibutuhkan adalah menaksir kebugaran para pemain. Dan itu ternyata membutuhkan bantuan teknologi masa kini, tepatnya artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan.
Cerita dari Liga Spanyol berikut ini adalah salah satu kisah bagaimana klub sepakbola mengeksploitasi AI, guna menciptakan tim siap bertanding setiap waktu dengan kekuatan penuh karena pemain-pemain selalu bugar.
Sejak awal musim 2017/2018, Getafe menggandeng perusahaan AI yang berbasis di California, Zone7, yang mampu menyediakan data relatif akurat dalam memprediksi pemain yang berisiko cedera.
Getafe, dan kemudian klub raksasa Skotlandia Rangers serta dua klub MLS Real Salt Lake dan Toronto FC, reguler mengirimkan data latihan dan pertandingan pemain kepada Zone7, yang lalu menganalisisnya dengan menggunakan algoritmanya.
Perusahaan ini akan mengirimkan email setiap hari kepada klub-klub itu mengenai pemain-pemain yang harus diawasi yang dimasukkan ke 'zona berbahaya'.
Hasilnya, antara awal musim 2017/2018 sampai Maret 2020 sebelum Liga Spanyol diinterupsi pandemi COVID-19, Getafe berhasil menekan jumlah pemain yang cedera.
"Tiga musim lalu selama tahun pertama bersama Zone7, kami mengalami pengurangan volume cedera sampai 40 persen," klaim Javier Vidal, Kepala Performa Getafe.
"Mengingat mesin Zone7 semakin andal dan kami bisa mengakses data lebih banyak lagi pada tahun kedua, kami pun mengalami pengurangan sampai 60 persen volume cedera."
"Itu artinya setiap tiga cedera yang kami alami dua musim lalu, kami kini hanya mengalami satu cedera," tutur Vidal seperti dikutip ESPN.
Landasan Pengambilan Keputusan
Jordi Cruyff, mantan gelandang Barcelona dan Manchester United yang juga putra legenda sepakbola Belanda Johan Cruyff, juga pernah menggunakan Zone7 sewaktu menjadi direktur olahraga klub Israel, Maccabi Tel Aviv pada 2017.
Awalnya keputusan Cruyff ditolak mentah-mentah oleh pelatih Maccabi saat itu. Namun, sang pelatih tak menolak mengirimkan data pemain kepada klub. Dan klub kemudian menyerahkannya kepada Zone7.
"Saya akan menerima email sebelum berlatih setiap hari mengenai pemain yang berisiko cedera dan memprediksi dengan tepat 5-7 pemain cedera," kata Cruyff.
Dia kaget oleh ketepatan prediksi tersebut. Sejak itu, klub Israel itu pun membiarkan intervensi AI dalam menaksir pemain yang berisiko cedera sehingga bisa meminimalkan pemain yang cedera.
Tal Brown, yang bersama Eyal Eliakim mendirikan Zone7 pada 2017, menjelaskan bagaimana cara AI mendeteksi risiko cedera kepada ESPN.
"Setiap pemain kini menggunakan rompi GPS, mereka diperiksa kekuatan dan fleksibilitasnya di klub mereka. Banyak tim yang membagikan arloji kepada pemain mereka untuk mengukur tidur, jadi pada dasarnya orang yang bekerja untuk sebuah klub hanya perlu melihat belasan dasbor setiap hari yang dikalikan dengan 20 pemain, lalu dikalikan dengan enam hari dalam satu pekan" papar Brown.
Brown melanjutkan; "Kita bisa menggunakan metafora catur. Program catur biasanya sederhana sekali sampai para pakar pun bisa mengalahkannya."
"Tetapi kini sebuah program catur Google tak bisa dikalahkan karena program tersebut secara otomatis mempelajari setiap catatan permainan catur yang dimainkan dalam sejarah umat manusia dan dengan menggunakan AI, mengembangkan pemahaman dan penafsirannya sendiri."
Seperti itulah cara AI dalam menaksir kebugaran pemain sepakbola. Dan sejumlah klub mengakui pendekatan AI ini efektif.
Bahkan manajer Rangers yang juga legenda Liverpool, Steven Gerrard sampai memuji kerja bagian kebugaran dan sport science Rangers, dengan menyebut mereka telah membuat tingkat kebugaran skuatnya luar biasa tinggi.
Menurut ESPN, sekira 50 klub sepakbola di seluruh dunia kini menggunakan program AI buatan Zone7. Banyak yang tak mau diekspos karena berkaitan dengan keunggulan komparatif mereka, atau karena tak ingin menciptakan pro dan kontra penggunaan AI.
Apakah klub-klub Liga Inggris menggunakan teknologi ini juga? Atau jangan-jangan yang dilakukan sejumlah manajer seperti Ole Gunnar Solksjaer dari Manchester United yang gemar merotasi pemain, tanpa diduga itu sebenarnya karena telah menerima rekomendasi teknologi kecerdasan buatan.
Tak terlalu penting untuk dijawab tetapi Jordan Milsom, kepala performa Rangers, yakin bahwa "AI, ditambah tingkat pengalaman mereka yang menggunakannya, pada akhirnya akan menjadi landasan dalam proses pengambilan keputusan oleh klub-klub sepakbola".
[Antara]