Ini kebalikan dari Lampard saat Chelsea tengah menghadapi kesulitan, salah satunya pada Desember setelah The Blues dikalahkan Wolves ketika Lampard berkata kepada Sky bahwa "pemain-pemainnya harus bertanggung jawab".
Lampard tak begitu piawai dalam manajemen dan kekurangan keterampilan dalam melatih untuk memotivasi timnya dan merangsang keluarnya kemampuan terbaik dari pemain-pemainnya.
Solskjaer justru sebaliknya berusaha memaksimalkan potensi yang dimiliki semua pemainnya.
![Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer (kanan) berbincang dengan gelandang Paul Pogba usai laga Piala FA 2020/2021 kontra Liverpool di Old Trafford, Manchester, Senin (25/1/2021) dini hari WIB. [LAURENCE GRIFFITHS / POOL / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/01/25/48905-ole-gunnar-solskjaer-paul-pogba-manchester-united.jpg)
Rencana Jangka panjang
Pemecatan Lampard sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya karena Chelsea telah belanja besar-besaran musim panas lalu.
Dia sebenarnya sudah berhasil pada musim 2019/2020 dengan finis urutan keempat dengan menggunakan skuad muda yang ada.
Tetapi segera setelah dia punya uang untuk dibelanjakan, Lampard meminggirkan pemain-pemain muda seperti Fikayo Tomori dan Tammy Abraham dengan beralih ke pemain-pemain baru yang dibeli dengan total 200 juta pound.
Masalah Lampard bukan hanya belanja terlalu banyak, tapi juga pembelian sebesar itu membuat beban dia menjadi lebih besar khususnya dalam membangun tim yang tak bisa dilakukan dalam waktu sekejap.
Di sini, Solskjaer secara tak langsung mengkritik Chelsea, bahwa "Sungguh tak mudah terlalu banyak pemain baru di dalam tim, butuh waktu lama bagi pemain menyatu dalam satu unit. Kita sudah menyaksikan beberapa klub mengambil jalur pintas menyelesaikan masalah, sedangkan yang lainnya memercayai proses."
Baca Juga: Lampard Resmi Dipecat, Fans Desak Banner di Stamford Bridge Jangan Dicopot
United sendiri memang membeli beberapa pemain muda, tetapi perubahan yang mereka lakukan dilakukan secara bertahap pada waktu yang tepat.