Suara.com - Misteri penyebab kematian Diego Maradona kini sudah terpecahkan. Hal itu diketahui lewat hasil autopsi yang baru-baru ini diungkapkan ke publik.
Diego Maradona meninggal dunia pada 25 November lalu, karena dikabarkan mengalami serangan jantung. Namun, setelah kematiannya muncul beberapa misteri yang mencuat.
Maka dari itu, pihak berwenang Argentina menyelidiki kematian Maradona apakah ada kelalaian medis atau meninggal dengan wajar. Saat ini hasil otopsi Maradona pun telah rampung.
Disadur dari laporan Football Italia pada Kamis (24/12/2020), menurut hasil otopsi Maradona tidak mengonsumsi narkoba atau alkohol sebelum hari kematiannya.
Baca Juga: Jelang TC di Spanyol, Timnas Indonesia U-19 Rutin Lakoni Internal Game
Disebutkan bahwa terjadi edema paru-paru akut yang juga berkaitan dengan eksaserbassi gagal jantung kronis. Dalam laporan itu disebutkan bahwa jantung Maradona telah membengkak.
Jantungnya melebar dan beratnya mencapai 503 gram, hampir dua kali lipat jantung orang sehat. Ada jejask sirosis ditemukan di dalam hatinya, tujuh alveoulis di dalam paru-parunya rusak, dan ginjal mengalami nekrosis tubular akut.
Maradona dilaporkan meninggal dunia setelah penderitaannya yang diprediksi berlangsung dari enam hingga delapan jam. Meski tidak mengonsumsi narkoba atau alkohol sebelum kematiannya, ada jejak obat psikotropika ditemukan dalam darah legenda Napoli tersebut.
Karena ditemukan jejak obat psikotopika, pihak berwenang tetap melanjutkan investigasi penyelidikan untuk mengetahui apakah tim medisnya bertanggung jawab atas hal itu. Sebab, psikotropika memicu aritmia atau detak jantung yang tidak normal.
Baca Juga: Ini Harapan Bima Sakti Saat TC Timnas Indonesia U-16 pada Januari Nanti