Suara.com - Banyak pihak yang beranggapan bahwa gengsi atau prestise Liga 1 2020 --yang kini telah berubah titel jadi Liga 1 2020-2021-- sudah menurun. Salah satunya lantaran adanya penghapusan degradasi pada kompetisi yang akan restart Februari tahun depan itu.
Sekedar mengingatkan, sistem degradasi dihapus karena PSSI ingin berlaku adil di saat kompetisi berputar di tengah pandemi COVID-19.
PSSI berasumsi jika ada tim yang pemainnya terpapar virus Corona, maka akan mengurangi kekuatan tim itu sendiri.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), Akhmad Hadian Lukita mengaku memahami adanya stigma menurunnya kualitas Liga 1 karena dihapusnya degradasi.
Baca Juga: Kans ke Belanda Tertutup, Timnas Indonesia U-19 Mungkin Gelar TC di Spanyol
Ia tidak membantah degradasi adalah salah satu esensi dari kompetisi selain gelar juara.
Namun, Akhmad berharap pemain atau klub tak memandang remeh Liga 1 yang akan kembali bergulir nanti. Menurutnya, keseriusan para pemain dan klub akan berdampak positif buat mereka.
"Seharusnya pemain dan klub nggak mikir begitu. Harus berpikir sportif dan main sebaik-baiknya," kata Akhmad Hadian kepada awak media.
"Kalau pemain tampil bagus, kan dia bisa diincar klub yang lebih bagus. Bisa mendapat klub yang lebih baik di masa selanjutnya," celotehnya.
Lebih lanjut, pria berusia 55 tahun itu mengaku hanya menjalani arahan PSSI selaku regulator. Meski begitu, Akhmad meyakini jika nihilnya degradasi memang pas diterapkan dalam situasi saat ini.
Baca Juga: Harapan Novri Setiawan di Ulang Tahunnya ke-27
"Dihapusnya degradasi itu hasil rapat PSSI. Kami harus memaklumi karena sekarang kondisi memang jauh dari kata normal," tutur Akhmad.
"Kemarin itu kan pertimbangannya takut ada klub yang pemainnya banyak terpapar (COVID-19) dan menurunkan kualitas tim itu sendiri. Kalau kondisinya begitu kompetisi menjadi nggak fair," pungkasnya.