Suara.com - Gol salto pelatih Persita Tangerang, Widodo C Putro, terpilih menjadi gol terbaik versi Konfederasi Sepakbola Asia (AFC), dalam hal ini gol terbaik sepanjang sejarah perhelatan Piala Asia. Atas pencapaiannya ini, Ketua Umum (Ketum) PSSI, Mochamad Iriawan pun memberikan apresiasi pada striker legendaris Timnas Indonesia.
Widodo mencetak gol ciamik tersebut saat memperkuat Timnas Indonesia di ajang Piala 1996 silam, yakni ketika melawan Kuwait.
Dalam laga yang berakhir dengan skor imbang 2-2 tersebut, mantan penyerang Persija Jakarta itu mencetak gol cantik lewat tendangan salto, gol yang memang sangat melegenda dan tak lekang dimakan waktu saking indahnya.
Untuk diketahui, kontes gol terbaik ini diadakan secara voting dengan nama AFC Bracket Challenge. Gol Widodo menjadi yang terbaik setelah mengalahkan gol eks pemain Lebanon, Abbas Chahrour ke gawang Irak pada Piala Asia 2000.
Baca Juga: Jadwal Piala Super Eropa 2020: Bayern Munich vs Sevilla Dini Hari Nanti
Widodo unggul 72 berbanding 28 persen di head-to-head terakhir dengan Abbas. Keunggulan telak itu sendiri ini tentu tak lepas dari kekuatan warganet di Indonesia yang membuat eks juru taktik Bali United tersebut jadi pemenangnya.
"Coach Widodo merupakan pemain yang hebat pada masanya, dan saat ini juga sukses sebagai pelatih," ucap Iriawan dikutip dari laman resmi PSSI, Kamis (24/9/2020).
"Gol itu sendiri sangat spektakuler, butuh skill, teknik, serta timing yang tepat untuk melakukan hal tersebut dan menjadi gol," sambung pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.
"Apresiasi dan terima kasih dari PSSI kepada AFC dan masyarakat (netizen) Indonesia yang telah memilih coach Widodo menjadi pemenang AFC Asian Cup Greatest Goals Bracket Challenge," tukasnya.
Sayangnya, penampilan Timnas Indonesia di Piala Asia 1996 tidak sefenomenal gol Widodo. Pasalnya, skuat Garuda gagal melaju dari fase grup pada turnamen sepakbola paling bergengsi di Asia tersebut.
Baca Juga: Hasil Playoff Liga Champions Tadi Malam, Leg Pertama Rampung Dihelat
Tergabung di Grup A, Timnas Indonesia kala itu hanya menjadi juru kunci di bawah Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait dan Korea Selatan.