Suara.com - Liverpool sempat membuat keputusan blunder beberapa hari lalu. Di tengah pandemi virus corona seperti sekarang, manajemen The Reds mengambil kebijakan untuk merumahkan seluruh pegawai non pemainnya.
Kebijakan tersebut diambil lantaran Liverpool tidak mendapat banyak pemasukan saat pandemi ini. Terlebih dari sektor tiket pertandingan serta sponsor.
Langkah merumahkan pegawai non pemain juga telah ditempuh oleh beberapa klub Liga Primer Inggris demi menyeimbangkan nerasa keuangan. Beberapa di antaranya adalah Tottenham Hotspur, Newcastle United, Bournemouth, dan Norwich City.
Namun langkah Liverpool tersebut juga mendapat kritikan dari dua mantan pemainnya, yakni Jamie Carragher dan Stan Collyman. Mereka menilai tindakan itu sangat tidak manusiawi di tengah krisis seperti ini.
Baca Juga: Griezmann Komentari Latihan Firmino, Netizen: Selamat Datang di Liverpool!
Tak berselang lama, keputusan tersebut buru-buru dicabut. CEO Liverpool, Peter Moore pun akhirnya minta maaf pada fans atas keteledorannya tersebut, kemudian berjanji akan tetap mempekerjakan seluruh pegawainya dan berusaha menggaji penuh.
''Terlepas dari kenyataan bahwa kami berada dalam posisi yang sehat sebelum krisis ini, pendapatan kami telah dimatikan namun pengeluaran kami tetap,'' ujar Moore, seperti dilansir dari BBC Sport.
"Seperti halnya majikan yang bertanggung jawab dan peduli dengan pekerjanya dalam situasi saat ini. Klub terus mempersiapkan berbagai skenario yang terbaik,'' imbuhnya.
''Kami berniat penuh untuk memastikan seluruh pekerja kami mendapat perlindungan dari kemungkinan adanya pengurangan atau hilangnya pendapatan selama periode ini," katanya.
"Skenario ini berkisar dari kasus terbaik hingga terburuk. Ini adalah kebenaran yang tak terhindarkan bahwa mengalami penurunan besar dalam pendapatan, dengan kerugian operasional yang belum pernah terjadi sebelumnya,'' tandas Moore.
Baca Juga: Virgil Van Dijk: Saya Ingin Dikenang Sebagai Legenda Liverpool
Lebih lanjut, Moore mengaku sebelumnya meminta bantuan pemerintah untuk menggaji karyawannya. Dengan skema 20 persen dibayar klub, sementara 80 persen dibayar pemerintah melalui dana darurat.
Namun ia kini memastikan bahwa klub tidak dalam kondisi pailit. Melainkan justru sedang kelebihan pemasukan lantaran dalam dua musim terakhir meraup untung besar berkat performa yang gemilang.
''Berbagai cara terus kami lakukan agar klub bisa beroperasi ketika tidak ada pertandingan sehingga tidak perlu mendapat bantuan pemerintah. Kami akui bahwa para staf dan pekerja lepas sudah bekerja tanpa lelah demi Liverpool," kata Moore.
''Ini adalah hasil dari pertimbangan kami di tingkat jajaran klub, bahwa kami telah memilih mencari cara alternatif, meski kami bisa saja menggunakan skema bantuan pemerintah di tengah pandemi virus corona ini,'' pungkas pria 65 tahun itu.