Suara.com - Mantan manajer Liverpool yang kini menukangi Leicester City, Brendan Rodgers membela langkah yang diambil eks anak asuhanya, Raheem Sterling.
Seperti diketahui, Sterling memutuskan meninggalkan Liverpool untuk gabung Manchester City pada 2015 lalu, dengan biaya transfer mencapai 49 juta pounds.
Sejak itu, winger berusia 25 tahun itu selalu dicap sebagai pengkhianat Liverpool dengan julukan 'Si Ular', 'Si Mata Duitan, dan sebagainya.
Ya, praktis para Liverpudlian kini menganggap Sterling sebagai 'public enemy number one' saat ini, dan selalu mendapat teror-teror psikis setiap kali bintang Timnas Inggris itu menyambangi Anfield bersama Man City.
Baca Juga: Duh! Liga Champions-nya Asia Tenggara Juga Resmi Ditunda Dampak COVID-19
Yang menarik, baru-baru ini Sterling membuka peluangnya untuk kembali ke Liverpool suatu saat nanti. Dalam sebuah wawancara, winger bertubuh mungil itu mengaku jika dirinya selalu mencintai Liverpool.
Menanggapi hal ini, Rodgers menyebut jika publik Liverpool telah salah membenci Sterling atas kepindahannya lima tahun silam tersebut.
"Raheem baru-baru ini bilang jika dia tetap mencintai Liverpool, saya pikir itu memang benar. Dia berasal dari akademi Liverpool dan telah memperkuat klub itu dari musim 2011/2012 di Premier League, sampai akhirnya pergi 2015," buka Rodgers seperti dimuat Mirror.
"Saya pikir Raheem bukan pengkhianat Liverpool, fans The Reds (julukan Liverpool) telah salah selama ini. Kepindahannya ke City sama sekali bukan soal uang," lanjut pelatih yang sempat menukangi Liverpool pada 2012-2015 itu.
"Jika itu hanya soal uang, ia dapat bertahan di Liverpool. Itu mengenai menjadi yang terbaik sebisa dia," tutur Rodgers.
Baca Juga: Presiden FIGC Sebut Liga Italia 2019/2020 akan Rampung pada Agustus
"Pada saat itu, ada kesempatan untuk pergi, di mana mereka (Man City) memiliki pemain-pemain papan atas. Ia pergi ke sana untuk mengembangkan diri dan menjadi pemenang, hal itu terlihat jelas pada permainannya saat ini. Jadi, ia tak bisa disalahkan," tukas pelatih berpaspor Irlandia Utara itu.