Suara.com - Wingback Atalanta Robin Gosens mengaku jika dirinya meremehkan virus corona dan tidak pernah menyangka jika Bergamo, kota yang menjadi markas Atalanta, kini menjadi kota hantu karena virus yang disebut juga COVID-19 tersebut.
Sebagaimana diketahui, Atalanta merupakan tim debutan yang mampu tampil mengejutkan di kompetisi kasta tertinggi Eropa, Liga Champions. Atalanta secara mengejutkan berhasil melaju ke babak perempat final setelah menyingkirkan wakil Spanyol Valencia di babak 16 besar dengan agregat 8-4.
Namun euforia para penggawa dan fans Atalanta usai malam bersejarah di Estadio Mestalla tengah pekan lalu sirna dengan cepat. Babak 16 besar Liga Champions belum selesai digelar, kompetisi sudah dihentikan akibat penyebaran virus corona yang kian tidak terbendung di Eropa.
Gosens pun tidak menampik jika kegembiraan meraka usai mencatat sejarah kini telah berganti dengan rasa takut.
Baca Juga: Italia Lockdown, Kiper AC Milan: Benar-benar Mengerikan dan Menyayat Hati
"Saya tidak mengerti, mengapa mereka membiarkan kami bermain di stadion kosong tapi di pertandingan lain ribuan fans membanjiri beberapa kota di Eropa yang menggelar Liga Champions? Tidak masuk akal," kata Gosens kepada La Gazetta dello Sport.
"Saya merasa takut ketika mendengar Lombardy adalah pusat penyebaran virus corona (di Eropa). Ketika itu saya berkata pada diri sendiri: 'Ok, sebelumnya Wuhan, kota yang sangat jauh. Sekarang, di sini. Kami dalam bahaya'," sambungnya.
"Rasa takut dirasakan bukan hanya di kota-kota tetangga, tapi lebih dirasakan di Bergamo yang kini menjadi kota hantu."
Pemain bertahan Juventus Daniele Rugani menjadi pemain Serie A pertama yang dinyatakan positif terjangkit COVID-19. Kemudian disusul sejumlah pemain Sampdoria yang positif terjangkit corona.
Semakin banyaknya pemain sepak bola profesional yang terjangkit Corona, menurut Gosens, membuat para pemain Atalanta semakin khawatir. Apalagi di leg kedua kotra Valencia di Mestalla, diakui Gosens, ia dan rekan-rekannya tidak menanggapi serius tentang mewabahnya COVID-19.
Baca Juga: Beberkan Situasi Lockdown di Italia, Kapten Atalanta: Bak Film Horor
"Kami semua meremehkan COVID-19, saya yang pertama. Ketika itu saya hanya menganggap COVID-19 sebagai flu terbaik. Saya tidak peduli ketika itu dan tetap nongkrong di luar, pergi ke restoran dan berjumpa dengan kawan-kawan saya," aku Gosens.
"Saya tidak sadar akan musuh (virus corona) yang sedang mengintai dan kapasitasnya yang mengerikan. Saya baru sadar ketika korban berjatuhan."
Hingga berita ini dibuat, virus corona di Italia sudah menewaskan 1.809 orang. Dilansir AFP, Senin (16/3/2020), angka tersebut menjadikan Italia sebagai negara tertinggi kedua kasus kematian akibat virus corona selain China.
Sementara jumlah warga Italia yang terjangkit corona mencapai 24.747 orang.
Wilayah Lombardy di sekitar Milan tetap menjadi pusat pandemi virus corona di Eropa, dan dilaporkan terdapat 1.218 kematian atau 67 persen dari total kasus di Italia.
Sedangkan di wilayah Puglia jumlah kematian dilaporkan naik dua kali lipat dari delapan orang menjadi 16 orang. Sementara wilayah Lazio yang mencakup ibu kota Italia, Roma, juga secara resmi mencatat 16 kematian secara keseluruhan dari 436 kasus.