Suara.com - Pelatih Bhayangkara FC, Paul Munster mengaku heran nan bingung Stadion Brawijaya, Kediri bisa dipakai usai lolos verifikasi untuk menggelar laga-laga Liga 1 2020. Menurutnya, banyak kekurangan dari stadion berkapasitas 20 ribu kursi itu.
Munster berkomentar jelang laga tandang timnya kontra tuan rumah Persik Kediri, pada gelaran pekan kedua Liga 1 2020 di Stadion Brawijaya, Jumat (5/3/2020) sore WIB.
Munster sendiri menemukan kekurangan-kekurangan ini setelah ia dan para pemain Bhayangkara FC melakukan uji coba lapangan, sehari jelang laga.
Mantan pelatih Timnas Vanuatu itu melihat banyak lubang ataupun permukaan rumput yang rusak di berbagai sudut lapangan.
Baca Juga: Ada Andik, Bhayangkara FC Optimis Pecundangi Persik di Stadion Brawijaya
Tidak hanya itu, beberapa bagian rumput Stadion Brawijaya juga sudah terlihat coklat karena sudah mati. Bagi Munster, situasi ini tidak bagus buat sepakbola Indonesia.
"Jadi ketika ke lapangan, saya menemukan lubang-lubang di lapangan yang cukup besar. Lapangan juga tidak rata, banyak juga warna coklat karena rumputnya mati. Jadi saya heran, kenapa bisa main di sini? Kenapa stadion ini bisa menggelar laga-laga Liga 1," celoteh Munster dalam jumpa pers sehari jelang pertandingan, yang bertempat di Kantor KONI Kota Kediri, Kamis (5/3/2020).
"Itu juga bisa mempengaruhi perkembangan sepakbola Indonesia. Kalau fasilitas dibangun baik, tentu sepakbola Indonesia bakal lebih baik lagi. Tapi jika keadaanya sama, ya tetap sama saja," keluh pelatih berusia 38 tahun itu.
"Di Indonesia ini sebenarnya ada potensi yang besar, cuma dari sisi profesionalitas pengelolaan kurang. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi," harapnya.
Lebih lanjut, juru taktik asal Irlandia Utara itu juga mengkritik ofisial pertandingan di Tanah Air.
Baca Juga: Enggan Dibantai Lagi, Andik Vermansah Ogah Remehkan Persik Kediri
"Yang saya pelajari ketika main away game itu, ofisial pertandingan tidak akan memberikan putusan apa pun kepada tim tamu. Jadi sangat berpihak ke tuan rumah, itu kesimpulannya!" ketus Munster mengkritik.