Tahun 2019, Jagad Sepak Bola Belum Mampu Berpaling dari Lionel Messi

Syaiful Rachman Suara.Com
Sabtu, 28 Desember 2019 | 22:07 WIB
Tahun 2019, Jagad Sepak Bola Belum Mampu Berpaling dari Lionel Messi
Ekspresi Lionel Messi usai mencetak hattrick ke gawang Real Mallorca di laga lanjutan Liga Spanyol di Stadion Camp Nou, Minggu (8/12/2019) dini hari WIB. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika Lionel Messi menerima trofi Ballon d'Or 2019, bukan saja ia memecahkan rekor enam kali memenangi anugerah sepak bola paling bergengsi sejagat itu, akan tetapi juga memicu perdebatan di antara suporter melalui kolom komentar berbagai media sosial.

Pembelaan datang dari suporter garis keras pemain Argetina itu, sedangkan hujatan bertubi-tubi bermunculan dari mereka yang merasa menjadi rival abadi Messi. Yaitu Cristiano Ronaldo, atau bek Virgil van Dijk yang sukses menyulap pertahanan Liverpool lebih pantas menerimanya.

Angka-angka statistik digelontorkan, hanya untuk memperdebatkan satu nama yakni Lionel Messi, topik yang nyatanya masih menjadi bahan pembicaraan paling menarik dari dunia sepak bola untuk tahun 2019.

Usia 32 tahun, memang bukan usia prima untuk seorang pesepak bola modern yang menuntut kebugaran optimal hampir di setiap pertandingan. Namun faktanya, Messi masih menempatkan dirinya sebagai salah satu magnet utama perhatian sepak bola dunia lewat 'sihirnya' yang mengagumkan.

Baca Juga: Ballon d'Or Hingga Pichichi, Berikut 5 Rekor Baru Lionel Messi di 2019

Kekinian Lionel Messi membukukan hat-trick ke-35 nya ke gawang Real Mallorca. (JOSEP LAGO / AFP)
Kekinian Lionel Messi membukukan hat-trick ke-35 nya ke gawang Real Mallorca. (JOSEP LAGO / AFP)

2019 dari kacamata Messi

Messi menjalani performa menawan dan menorehkan berbagai catatan mentereng untuk bisa mengantarkan trofi Ballon d'Or 2019 kepadanya.

Terlepas dari nasib ironis Barcelona di Liga Champions dan juga Piala Raja atau Copa del Rey, tidak bisa dipungkiri, Messi menjadi satu-satunya alasan Los Cules bisa mempertahankan gelar juara La Liga sekaligus menyelamatkan pekerjaan sang manajer Ernesto Valverde di Camp Nou.

Gol tunggal Messi ke gawang Levante pada 27 April memastikan gelar juara La Liga Spanyol bagi Barcelona saat musim 2018/19 masih menyisakan tiga pertandingan untuk.

Kala itu, Messi hanya berjarak dua trofi untuk menyamai rekor legenda Manchester United Ryan Giggs yang memenangi 36 trofi bersama satu klub sepanjang kariernya. Namun, Liverpol dan Valencia mencegah hal itu terjadi di Liga Champions dan Copa del Rey.

Baca Juga: Arsene Wenger Samakan Mohamed Salah dengan Lionel Messi

Messi menyabet gelar El Pichichi alias pemain tersubur di Liga Spanyol ketiganya dalam tiga musim beruntun ketika mengakhiri 2018/19 dengan torehan 36 gol. Koleksi gol itu mengantarkan pula trofi Sepatu Emas Eropa ketiganya dalam tiga musim beruntun dan total enam kali sepanjang kariernya.

Tak hanya jadi pencetak gol terbanyak, Messi juga memuncaki daftar pengirim assist di Liga Spanyol 2018/19 dengan catatan 13 assist. Setara dengan Pablo Sarabia yang kemudian hijrah dari Valencia ke Paris Saint-Germain.

Para pemain Liverpool mengangkat trofi Si Kuping Besar dan merayakan kemenangan setelah pertandingan final Liga Champions antara Liverpool melawan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol, Minggu (2/5) dini hari WIB. [Paul ELLIS / AFP]
Para pemain Liverpool mengangkat trofi Si Kuping Besar dan merayakan kemenangan setelah pertandingan final Liga Champions antara Liverpool melawan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol, Minggu (2/5) dini hari WIB. [Paul ELLIS / AFP]

Kegagalan di Liga Champions dan tinta emas di 2019

Kendati gagal menjuarai Liga Champions, Messi tetap jadi pencetak gol terbanyak dengan 12 gol dan tendangan bebasnya yang membuat Alisson Becker tak berkutik di semifinal leg pertama terpilih menjadi gol terbaik Liga Champions musim 2018/19.

Di Liga Champions ia juga menorehkan rekor baru sebagai pemain yang mencetak gol ke 34 tim berbeda, melampaui legenda Real Madrid Raul Gonzalez serta rival abadinya Cristiano Ronaldo.

Di penghujung Oktober, Messi juga menorehkan gol ke-50 yang dicetak dari tendangan bebas kala menjebol gawang Valladolid. Ia menyudahi tahun 2019 dengan koleksi 52 gol tendangan bebas.

Lantas pada November Messi mengemas hattrick ke-34 saat membantu Barcelona melumat Celta Vigo, demi menyamai rekor trigol terbanyak di Liga Spanyol yang dipegang Cristiano Ronaldo. Mengingat Ronaldo saat ini di Italia, Messi sangat berkesempatan untuk menjadi penguasa tunggal rekor itu.

Pemain Barcelona Lionel Messi menerima penghargaan Pichichi setelah tercatat sebagai pencetak gol terbanyak La Liga [AFP]
Pemain Barcelona Lionel Messi menerima penghargaan Pichichi setelah tercatat sebagai pencetak gol terbanyak La Liga [AFP]

Ketika Barcelona menutup tahun dengan kemenangan 4-1 atas Alaves, Messi menorehkan mengakhiri 365 hari dengan torehan 50 gol, menajamkan rekor sebagai top skor Las Blaugranas sepanjang masa dengan 618 gol serta memecahkan rekor sebagai pemain dengan kemenangan terbanyak di Liga Spanyol yakni 348 kali.

Sekali lagi, sederet torehan spektakuler itu bukan saja pantas membuat Messi memenangi Ballon d'Or keenamnya tetapi juga menjadi salah satu topik pembicaraan paling menarik di dunia sepak bola.

Bintang Barcelona Lionel Messi membuat rekor setelah meraih trofi Ballon d'Or untuk keenam kalinya setelah meraih Ballon d'Or 2019 di Chatelet Theatre, Paris. FRANCK FIFE / AFP
Bintang Barcelona Lionel Messi membuat rekor setelah meraih trofi Ballon d'Or untuk keenam kalinya setelah meraih Ballon d'Or 2019 di Chatelet Theatre, Paris. FRANCK FIFE / AFP

Panggung sepak bola tanpa Messi

Tentu Messi bukan satu-satunya hal menarik dari sepak bola dunia tahun 2019. Data FIFA menyebut setidaknya ada 265 juta orang yang aktif berprofesi sebagai pengolah kulit bundar di seluruh dunia, tetapi nama Messi jelas mendapat sorotan lampu terbesar di panggung sepak bola global.

Mau tidak mau panggung itu suatu hari hanya akan menyisakan foto atau monumen Messi di atasnya, di antara sosok-sosok lain yang saat ini berpotensi merebut porsi sorot lampu lebih besar.

Reaksi pemain PSG Neymar usai mendapat dijatuhkan pemain Marseille dalam laga yang berlangsung 25 Februari 2018 [AFP]
Reaksi pemain PSG Neymar usai mendapat dijatuhkan pemain Marseille dalam laga yang berlangsung 25 Februari 2018 [AFP]

Neymar dan sinarnya yang meredup cepat di Kota Mode

Nama Neymar sempat disandingkan dengan Messi dan Ronaldo sebagai talenta sepak bola paling mentereng di dunia, tetapi berbagai kontroversi legiun Brazil itu membuatnya lebih banyak disorot di luar lapangan ketimbang di atas rumput hijau.

Neymar membeli kontraknya sendiri di Barcelona agar bisa hijrah ke Paris Saint-Germain pada 2017, tetapi popularitasnya di Paris hanya berlangsung singkat. Karena di saat bersamaan Les Parisien merekrut Kylian Mbappe dari AS Monaco.

Pada 20 Desember lalu, Mbappe merayakan ulang tahunnya yang ke-21. Ia berada dalam usia yang masih muda dan potensinya sangat besar untuk merebut sorot lampu terbanyak di panggung sepak bola global ketika Messi dan Ronaldo memutuskan gantung sepatu.

Penyerang Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Rennes pada laga Piala Super Prancis 2019 di China, Sabtu (3/8/2019) malam WIB. [FRANCK FIFE / AFP]
Penyerang Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Rennes pada laga Piala Super Prancis 2019 di China, Sabtu (3/8/2019) malam WIB. [FRANCK FIFE / AFP]

Jika PSG bisa segera menambal kebocoran lini pertahanan mereka, bukan tidak mungkin Mbappe akan berperan besar untuk memenuhi ambisi Nasser Al-Khelaifi menjuarai Liga Champions.

Kalau itu tidak segera terjadi, Mbappe masih punya pilihan untuk hijrah ke tim-tim elit Eropa lainnya seperti Real Madrid demi melempangkan jalan menuju prestasi kolektif yang sudah pasti bakal memperbesar asanya jadi terbaik di panggung dunia.

Talenta-talenta potensial masih ada

Masih ada talenta-talenta potensial lain yang punya masa depan cerah dan bisa berbicara banyak. Ansu Fati misalnya, remaja berusia 17 tahun itu mencuri perhatian pada paruh akhir 2019 setelah jadi pencetak gol termuda di Liga Champions saat memenangkan Barcelona atas Inter Milan, membuatnya dianggap calon penerus Messi.

Di Liga Spanyol masih ada nama Joao Felix, remaja berbanderol 126 juta euro, yang hijrah dari Benfica ke Atletico Madrid. Namun, Felix punya pekerjaan besar untuk bisa mengarahkan kariernya ke jalur terbaik, sebab ia masih belum begitu menawan bersama Los Rojiblancos.

Megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo (kiri) bercengkerama dengan penyerang Atletico Madrid, Joao Felix pada laga Liga Champions 2019/2020 di Estadio Wanda Metropolitano, Kami (19/9/2019) dini hari WIB. [Laman resmi UEFA]
Megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo (kiri) bercengkerama dengan penyerang Atletico Madrid, Joao Felix pada laga Liga Champions 2019/2020 di Estadio Wanda Metropolitano, Kami (19/9/2019) dini hari WIB. [Laman resmi UEFA]

Di Liga Prancis ada nama pemain muda Rennes, Eduardo Camavinga. Tapi, kecuali ia bisa hijrah ke liga top Eropa, ia hanya akan menjadi bekas calon bintang lainnya.

Di Liga Jerman ada Jadon Sancho dan Kai Havertz. Baik Sancho maupun Havertz perlu membuktikan lebih jauh kemampuannya untuk naik kelas ke level lebih tinggi.

Di Italia, duo Milan punya talenta menjanjikan. Sebastian Esposito di Inter dan Daniele Maldini di Milan. Esposito baru mencetak gol debutnya, sedangkan Daniele harus melakukan lebih banyak hal demi mengikuti jejak gemilang trah Maldini sebagaimana ayahnya Paolo dan kakeknya Cesare.

Pemain muda Barcelona, Ansu Fati. [PAU BARRENA / AFP]
Pemain muda Barcelona, Ansu Fati. [PAU BARRENA / AFP]

Sedangkan di Inggris, selain Alexander-Arnold banyak talenta muda yang perlu memperoleh kesempatan lebih besar dari timnya masing-masing agar bisa unjuk gigi, seperti Phil Foden di Manchester City, Mason Greenwood di Manchester United, Harvey Williams dan Rhian Brewster di Liverpool, Mason Mount di Chelsea dan Joe Willock di Arsenal.

Yang jelas, ketika Messi dan Ronaldo pensiun panggung sepak bola global --kemungkinan lebih dari 3-4 tahun lagi-- akan meninggalkan ruang kosong besar untuk diperebutkan banyak talenta yang tersebar di liga-liga top Eropa. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI