Suara.com - Logo Piala Dunia U-20 2021 yang diluncurkan PSSI baru-baru ini ramai menjadi pembicaraan di media sosial, khususnya Twitter. Sebab, font yang digunakan disebut-sebut belum izin kepada sang pembuat.
Seperti diketahui, Indonesia resmi terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 pada Kamis (25/10/2019). PSSI pun mengumumkan kabar bahagia itu sekaligus memamerkan logo event tersebut.
Logo Piala Dunia U-21 2021 bisa dibilang keren dan kekinian. Kemudian, juga tidak melupakan budaya Indonesia dengan menggunakan font seperti aksara Jawa pada tulisan "Indonesia 2021".
Nah, font aksara Jawa yang dipakai PSSI tersebut ternyata belum izin dari sang pembuat, yakni Adien Gunarta. Font itu bernama Upakarti Font yang diunggah di forum online desain huruf bebas, Dafont.com.
Baca Juga: Ayah Sekjen PSSI Meninggal Dunia, Keluarga Besar Timnas U-19 Berduka
Adien Gunarta pun sempat kaget ketika font buatannya nampang di logo Piala Dunia U-20 2021 buatan PSSI. Seketika, netizen di media sosial pun ramai memberikan kritikan-kritikan terhadap PSSI.
Namun, Adien Gunarta mengaku permasalahan mengenai font tersebut telah selesai. Pihak PSSI juga telah mengucapkan permintaan maaf dan meminta izin secara personal.
Alumnus Universitas Airlangga tersebut juga membeberkan alasan mengapa font buatannya dilepas secara bebas. Hal itu karena keinginannya agar karyanya dapat bermanfaat langsung untuk masyarakat secara luas.
Untuk secara lengkapnya, berikut wawancara eksklusif Suara.com bersama Adien Gunarta melalui sambungan telepon.
1. Bagaimana perasaannya karyanya digunakan untuk event sebesar Piala Dunia Dunia U-20?
Baca Juga: Skuat Final Timnas Indonesia U-19 Diumumkan Usai Uji Coba Terakhir
Seneng sih, karena memang karya saya diunggah bebas, biar bisa dipakai orang seluas-luasnya. Biar orang-orang dapat manfaat. Alhamdulillah, bisa dipakai di event yang segede ini.
2. PSSI tidak izin lebih dulu menggunakan font Anda. Bagaimana, itu?
Jadi, secara hukum memang tidak perlu. Tapi mungkin ada sisi-sisi kayak etika. Mungkin bisa kayak permisi dulu istilahnya. Meskipun secara hukum enggak diperlukan.
Soalnya, emang fontnya saya gratisin. Agar dia bebas
3. Setelah ramai, ada respon dari PSSI?
Iya, ada setelah viral. Kemarin ada kayak tim desainernya PSSI yang menghubungi saya lewat DM (direct message) Twitter. Intinya mereka minta maaf dan minta izin digunakan di logo itu.
Sebetulnya, logo itu logo proposal saja untuk FIFA. Sementara nanti akan ada logo lagi untuk beneran di acara 2021. Sekarang (permasalahan font) sudah beres kok.
4. Bagaimana sih awal mula font itu dibuat?
Awalnya pengin bikin sesuatu yang punya identitas visual yang tradisional. Terus saya mengambil inspirasi dari aksara Jawa.
Aksara Jawa ini kan banyak yang enggak bisa baca ya. Gimana nih cara menghadirkan identitas visualnya aksara Jawa ke aksara latin.
Lalu, aku bikin font ini. Jadi, font ini bisa dipakai untuk bisa menimbulkan kesan-kesan tradisional.
5. Kan fontnya bagus. Apa alasannya dibebaskan begitu saja?
Memang font-font saya ini kebanyakan bebaskan semua. Itu memang saya tujukan agar bermanfaatkan untuk kebudayaan dan ekonomi masyarakat. Kalau saya lindungin dan saya simpan sendiri, nanti kan enggak menimbulkan banyak manfaat untuk orang lain.
Sementara kalau saya taruh di internet dengan lisensi yang bebas, orang-orang kan dengan bebas bisa memakainya. Bahkan, untuk jualan komersial.
Dengan kayak gitu, saya bisa melihat penggunaan fontku berjejal di mana-mana. Seperti kalau pas jalan-jalan di Jogja, ketemu kaos pakai fontku, terus ke rostoran pakai fontku. Jadi, kayak senang saja bisa berkontribusi langsung terhadap kebudayaan dan masyarakat.