Suara.com - Timnas Korea Selatan sudah kembali ke negerinya dari lawatan ke Pyongyang usai menjalani pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan itu sendiri digambarkan pejabat sepak bola Korea (KFA) sebagai pertandingan penuh kebrutalan yang diwarnai benturan fisik layaknya peperangan.
Pertandingan yang digelar Selasa, 15 Oktober 2019, merupakan pertemuan pertama kedua tim di bumi Korea Utara dalam 30 tahun terakhir itu sendiri berakhir imbang tanpa gol.
Pertandingan tersebut tanpa penonton dan juga tidak disiarkan oleh satu pun televisi karena Korea Utara menolak menayangkan langsung pertandingan.
Korea Utara yang terkucil dan Korea Selatan yang demokratis nan kaya secara teknis masih dalam status berperang. Sebagaimana diketahui, perang saudara antara Korut dan Korsel pada tahun 1950-1953 berakhir tanpa adanya gencatan senjata dan perjanjian damai.
Baca Juga: Terkenal di Dunia, Son Heung-min Bukan Siapa-siapa di Korea Utara
Tahun lalu diplomasi olahraga dilakukan kedua pihak. Akan tetapi sejak perundingan nuklir dan rudal Korut mengalami kebuntuan, hubungan dua negara bersaudara itu kembali dingin.
Pemain Korsel yang membela Tottenham Hotspur Son Heung-min menyebut laga di Pyongyang tersebut sebagai pertandingan emosional.
"Sejujurnya, pertandingan itu keras sekali sampai-sampai saya berpikir kami sangat beruntung bisa pulang tanpa ada seorang pun yang cedera," kata pemain ini kepada wartawan, setibanya di bandara Incheon via Beijing, Selasa (15/10/2019).
"Kami bahkan bisa mendengar banyak umpatan yang sangat kasar dari kedua tim."
Choi Young-il, wakil presiden Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA), menyebut para pemain Korea Utara bermain luar biasa agresif.
Baca Juga: Perundingan Nuklir Korut Buntu, Timnas Korsel Tetap Tandang ke Pyongyang
"Pertandingan itu laksana perang," kata dia seperti dikutip Antara dari Reuters.
"Mereka menggunakan apa saja dari sikut sampai tangan sampai lutut untuk menghalau pemain-pemain kami. Sungguh pertandingan yang sulit."
Kedua tim masing-masing diganjar dua kartu kuning.
"Para pemain Korea Utara bahkan tak mau kontak mata ketika kami berbicara kepada mereka, belum lagi respons mereka," kata Choi.
Choi mengungkapkan KFA berencana membahas apakah kerasnya pertandingan itu ke FIFA dan AFC.
Dalam video yang dibagikan di Twitter oleh duta besar Swedia untuk Korea Utara Joachim Bergstrom, Son terlihat berusaha memainkan peran penengah karena para pemain kedua tim terus berkonfrontasi satu sama lain.
"Emosi tingkat tinggi," tulis Bergstrom dalam cuitannya. Dia termasuk dari segelintir penonton yang diperbolehkan menonton laga tersebut bersama Presiden FIFA Gianni Infantino.
Korea Utara menyedikan rekaman pertandingan ini dalam DVD tetapi stasiun televisi Korea Selatan KBS batal menyiarkan ulang pertandingan pada Kamis (17/10/2019) karena kualitas rekaman yang tak layak.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul yang mengurusi masalah hubungan intra-Korea, Kamis (17/10/2019), mengaku kecewa pertandingan itu batal disiarkan secara tunda.
Menyusul hasil imbang tersebut, Korsel dan Korut yang tergabung di Grup H putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, sama-sama mengantongi tujuh poin dari tiga pertandingan. Korsel yang unggul produktivitas gol saat ini menempati posisi puncak klasemen sementara Grup H.