Suara.com - Nama Basia Putri Chaerul mungkin masih cukup awam di telinga pecinta sepak bola. Namun bagi suporter Persija Jakarta, dara cantik 21 tahun ini sudah menjadi primadona.
Pemain yang berposisi winger di Persija Putri ini memiliki cerita unik hingga dirinya terjun ke dunia sepak bola. Bahkan dia memiliki luka yang membuatnya trauma.
Ya, Basia Putri, perempuan yang telah menyukai sepak bola sejak kelas 2 SD ini memiliki kisah unik selama mengarungi kariernya. Pemain kelahiran Jakarta tersebut sempat tak didukung orang tua ketika membulatkan tekad terjun ke sepak bola.
"Suka main bola itu waktu kelas 2 SD, lalu saat SMP, SMA sampai kuliah mulai bermain futsal. Nah setelah ajang Liga Mahasiswa (futsal) beberapa waktu lalu, aku dipanggil coach untuk trial di DKI (bergabung ke tim sepak bola PON DKI Jakarta). Selepas itu baru main bola lagi," ungkap Basia Putri saat ditemui wartawan di Stadion Maguwharjo, Sleman beberapa hari lalu.
Baca Juga: Persija Puncaki Klasemen Liga 1 Putri, Sang Pelatih Malah Kecewa
"Ya, impiannya iya (menjadi pemain bola profesional) semoga bisa tercapai ke depan," tambahnya.
Disinggung soal dukungan orang terdekat terhadap impiannya tersebut, Basia Putri mengaku sempat tak di dukung. Pasalnya ketika perempuan bermain bola, risiko yang di dapat lebih besar dan membuat khawatir orang tuanya.
"Dulu papa mama kurang dukung. Karena kan cewek ya, jadi risikonya besar. Sebelumnya aku main hanya di sekolah dan kampus, nah lalu aku bilang sama papa, aku dapat kesempatan trial di DKI Jakarta. Awalnya dia ga percaya, ga yakin. Tapi aku tetap masuk ke sana," kenangnya.
"Sudah melakukan trial mereka berpikir, oh anak ku bisa nih. Akhirnya sekarang, mulai ga terlalu melarang. Jadi waktu aku main bola, ya dikasih (diberi izin)," ungkap Basia.
Menjadi pemain bola wanita, Basia Putri tak lepas dari anggapan tomboy. Kendati demikian hal itu tak menjadi halangan untuknya tetap berkarier.
Baca Juga: Laga Persija vs Persib Diwarnai Kericuhan, Ini Kata Zahra Muzdalifah
"Anggapan itu yang sudah biasa terjadi. Jadi aku menganggapnya ya sudah seperti itu. Tapi saat aku main bola aku tetap menjaga kulit aku. Pakai sunblock muka dan tangan setelah latihan atau bertanding cuci muka. Tidak ada perawatan khusus yang aku lakuin," kata dia.
Basia juga tak menampik risiko dalam mengolah si kulit bundar. Pasalnya perempuan yang pernah bergabung di SSB Liverpool ini memiliki bekas luka di sekitar pelipis kiri sehingga membuatnya trauma saat berebut bola.
"Ada sedikit trauma ketika harus menyundul bola, jadi takut. Waktu SD sampai SMP itu aku mainnya sama cowok. Dulu kan zamannya main bola plastik. Lalu kita sundul-sundulan, nah waktu itu pelipis aku kena tendang di muka sampai akhirnya sobek. Waktu itu sempat mau dibawa ke rumah sakit. Tapi aku nolak karena ga berani dijahit. Jadinya aku biarin sampai jadi bekas luka ini," ungkap Basia Putri.
"Saat bermain futsal juga sempat cedera di pergelangan kaki (engkel) waktu itu masih SMP. Bersyukurnya di sepak bola ini belum ada cedera serius. Paling otot ketarik, tidak sampai parah," jelasnya.
Berbicara soal target, Basia Putri memilih fokus ke Liga 1 Putri untuk saat ini. Berseragam Macan Kemayoran, Basia berhadap tim yang dia bela meraih juara di musim pertamanya kompetisi terkait.
Terpisah, skuat asuhan John Arwandhi sukses memuncaki klasemen sementara Grup A Liga 1 Putri 2019. Zahra Muzdalifah dan kawan-kawan telah mengoleksi 10 poin tanpa kekalahan sekalipun. Hanya sekali ditahan imbang Tira Persikabo Kartini 2-2.