Suara.com - Dua legenda timnas Indonesia mendukung Simon McMenemy untuk bertahan di kursi pelatih skuat berjuluk Garuda meski sudah mengalami dua kekalahan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
"Simon harus diberikan kesempatan melanjutkan tugasnya. Saya tahu dia pelatih bagus," ujar Peri Sandria, penyerang timnas Indonesia saat meraih medali emas SEA Games 1991, di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (16/9/2019).
Peri menyebut bahwa Simon McMenemy merupakan sosok juru taktik yang memiliki program terukur dan direncanakan dengan baik. Dia tahu persis hal itu karena pernah menjadi asisten Simon saat menangani klub Pelita Bandung Raya tahun 2013.
"Simon usianya memang masih muda, tetapi pengalamannya lumayan banyak," kata Peri, si pemegang rekor pembuat gol terbanyak yang dibuatnya di Liga Indonesia pada tahun 1994-1995 (34 gol), sebelum dipecahkan pemain asal Belanda Sylfano Comvalius di Liga 1 Indonesia 2017 (35 gol).
Baca Juga: Tak Lagi Jadi Opsi Utama di Lini Vital Man United, Nemanja Matic Frustrasi
Menurut Peri, saat ini yang diperlukan timnas Indonesia adalah kekompakan antar pemain di dalam dan luar lapangan. Selain itu, tentu saja memperdalam penguasaan taktik serta strategi pelatih.
Sementara legenda timnas Indonesia lainnya Budi Sudarsono menilai bahwa terlalu riskan jika PSSI buru-buru melakukan pergantian pelatih.
Sebab, kedatangan pelatih baru akan membuat timnas Indonesia harus beradaptasi lagi dan itu membutuhkan waktu lebih banyak.
"Kontrak Simon dipertahankan, jangan terlalu cepat mengganti pelatih. Misalkan ada pelatih baru, dia akan memerlukan waktu untuk penyesuaian termasuk mengenal karakter pemain," tutur penyerang tersubur di Piala AFF 2008 ini.
Meski demikian, pria yang kini berusia 39 tahun itu tetap menyoroti kinerja Simon terutama dari sisi taktik. Jika memang Simon menyadari pemainnya kurang dari sisi stamina, seharusnya tidak menerapkan taktik yang cepat menguras energi.
Baca Juga: Kebakaran Hutan Melanda Kalimantan, Kalteng Putra Sulit Gelar Latihan
"Timnas jangan bermain dengan mengandalkan kekuatan seperti saat menghadapi Thailand yang banyak melepaskan umpan panjang. Itu tidak efektif juga mudah terbaca. Pelatih harus menyesuaikan taktik dengan kondisi pemain. Kalau dari sisi pemain, saya rasa mereka itu lebih baik dari zaman saya," ujar Budi.