Suara.com - Eks manajer Manchester United, Jose Mourinho, merefleksikan rezimnya di klub berjuluk The Red Devils itu dalam sebuah wawancara dengan Sky Sports, Jumat (2/8/2019).
Seperti diketahui, memiliki awal yang manis, Mourinho akhirnya dipecat Man United pada 18 Desember 2018 lalu. Itu setelah Paul Pogba dan kolega meraih serangkaian hasil buruk di awal musim 2018/2019.
Gabung Man United pada musim panas 2016, Mourinho sejatinya langsung sukses membawa Man United meraih 'mini treble'.
Kampiun Piala Liga Inggris dan Community Shield di kancah domestik, namun juara Liga Europa 2016/2017 jelas jadi highlight bagi Mourinho di musim pertamanya menukangi Man United.
Baca Juga: Sering-sering Andalkan Zouma dan Abraham, Saran Mourinho untuk Lampard
Pada musim 2017/2018 yang merupakan musim keduanya di Old Trafford, Mourinho pun bisa dibilang cukup sukses. Man United dibawanya finis sebagai runner-up di Liga Inggris, serta melaju ke final Piala FA.
Mourinho sendiri dalam beberapa kesempatan mengklaim jika finis kedua di Premier League bersama Man United merupakan salah satu achievement terbesar dalam karier panjangnya sebagai manajer.
Sayang, pada musim 2018/2019 lalu, penampilan Man United sangat buruk di awal musim, terlebih di Premier League.
Mourinho pun diyakini sempat clash dengan board Man United lantaran tak diberikan centre-back baru pada bursa transfer musim panas 2018.
Serangkaian hasil buruk pun membuat pelatih berusia 56 tahun itu harus kehilangan jabatannya sebagai gaffer Man United. Mourinho dilengserkan pada pertengahan musim saat kampanye sedang berjalan.
Baca Juga: Jose Mourinho Tak Yakin Frank Lampard Sukses di Chelsea
"Soal waktu saya di Man United? Saya hanya bisa mengatakan bahwa itu tidak mudah. Saya tidak bisa bilang banyak, tapi saya merasa untuk memenangkan Liga Europa itu sangat fantastis. Ya, terlihat seperti itu," ucap Jose Mourinho kepada Sky Sports.
"Lebih dari itu, untuk finis kedua (di Liga Inggris 2017/2018), jadi mungkin saya agak merasa; 'Wow, saya bekerja dengan baik, saya memberikan segalanya dan saya tidak mendapatkan apa yang menurut saya pantas'," sambungnya dengan nada nyinyir.
Tak ketinggalan, Mourinho sendiri merasa jika dirinya adalah seorang pelatih yang tertutup dan terkadang dingin kepada pemain.
"Ini mungkin salah saya, saya sangat tertutup. Ketika bekerja, saya membutuhkan kesendirian," papar Mourinho.
"Manajer sepak ola pada banyak kesempatan adalah seorang pria yang kesepian. Kesepian dengan pikiran, perasaan, dan keputusannya. Anda dapat memiliki staf dan orang yang bekerja dengan Anda, tetapi kata kuncinya adalah keputusan. Hanya satu yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan," pungkasnya.