Banjir Gelar di 2019, Mungkinkah Alisson Samai Prestasi Lev Yashin?

Syaiful Rachman Suara.Com
Senin, 08 Juli 2019 | 21:49 WIB
Banjir Gelar di 2019, Mungkinkah Alisson Samai Prestasi Lev Yashin?
Penjaga gawang timnas Brasil Allison Becker mengangkat trofi Copa America 2019. Di partai final, Brasil mengalahkan Peru 3-1, Senin (8/7/2019) [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Posisi yang tak dianggap

Ballon d'Or merupakan sebuah penghargaan tahunan dari majalah Football France yang dianugerahkan sejak 1956 dan awalnya hanya untuk pemain Eropa. Mulai 1995 anugerah tak lagi dibatasi kepada pemain Eropa, tetapi semua yang bermain di liga-liga Eropa.

Penghargaan itu kian menjadi tolok ukur dan menanjak gengsinya pada 2007, sebab sejak edisi itu kandidat tak lagi dibatasi cuma dari liga-liga Eropa semata tapi di seluruh dunia. Setelah sempat digabung dengan Pemain Terbaik FIFA pada 2010-2015, Ballon d'Or kembali berjalan sendirian namun gengsinya tak hilang.

Namun sepanjang 62 tahun sejarah Ballon d'Or dianugerahkan hanya Yashin seorang pemain berposisi kiper yang berhasil membawa pulang trofi tersebut pada 1963. Itupun Yashin telah memasuki 10 besar kandidat untuk keempat kalinya setelah 1956, 1960 dan 1961.

Kiper Brasil, Alisson Becker melakukan penyelamatan saat mendapat serangan dari pemain Argentina di partai semifinal Copa America 2019, Rabu (3/7/2019). [LUIS ACOSTA / AFP]
Kiper Brasil, Alisson Becker melakukan penyelamatan saat mendapat serangan dari pemain Argentina di partai semifinal Copa America 2019, Rabu (3/7/2019). [LUIS ACOSTA / AFP]

Prestasi mentereng bersama Dynamo Moskow merajai liga domestik serta mengantarkan Uni Soviet menyabet medali emas Olimpiade 1956 serta menjuarai Piala Eropa edisi perdana 1960 seolah tak cukup menjadi modal Yashin jadi penerima anugerah Ballon d'Or sebelum 1963.

Ironisnya, anugerah Ballon d'Or 1963 milik Yashin seolah ditentukan oleh penampilan gemilangnya dalam setengah babak laga perayaan seabad berdirinya Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) di Wembley 23 Oktober 1963. Yashin, yang membela Tim Gabungan Dunia, tampil sangat solid menghalau peluang demi peluang yang dimiliki Inggris.

Bahkan laporan pertandingan wartawan kawakan Norman Giller dari Daily Express mencatat ada satu momen ketika penyerang Inggris Jimmy Greaves melepaskan tembakan ke arah gawang, Yashin menyambutnya dengan gerakan tak terduga berupa sebuah kepalan tinju yang mengirimkan bola kembali melampaui garis tengah lapangan. Keduanya lantas terduduk dan tertawa usai momen itu.

Penampilan gemilang tersebut, ditambah gelar juara Liga Top Soviet (kasta tertinggi sepak bola di sana) yang diraihnya bersama Dynamo Moskow, membuatnya mengangkat trofi Ballon d'Or 1963.

Kiper Liverpool Alisson Becker (tengah) memberikan aplaus usai pertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium. Adrian DENNIS / AFP
Kiper Liverpool Alisson Becker (tengah) memberikan aplaus usai pertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium. Adrian DENNIS / AFP

Sayangnya itu jadi kali terakhir adegan seorang kiper menimang trofi Ballon d'Or, tujuh penerusnya dalam tujuh kesempatan selalu gagal jadi penerima suara terbanyak dari jajaran wartawan olahraga terkemuka Eropa (dan seluruh dunia sejak 2007).

Baca Juga: Alisson Becker Buat Rekor Hattrick Gelar Kiper Terbaik Tahun Ini

Kiper legendaris Italia, Dino Zoff, yang menjuarai Serie A 1972/1973 serta jadi runner-up Liga Champions (kala itu masih Piala Champions) dan Coppa Italia di musim yang sama bersama Juventus hanya menempati urutan kedua Ballon d'Or 1973 terpaut lebih dari separuh suara dari pemenang tahun itu, Johan Cruyff.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI