Suara.com - Target di musim 2018/19 gagal dipenuhi oleh Manchester United. Finis di posisi enam klasemen akhir Liga Premier Inggris, tim berjuluk Setan Merah dipastikan tidak tampil di Liga Champions musim depan.
Mengantongi 66 poin dari 38 pertandingan, United harus puas mengakhiri musim di zona kualifikasi Liga Europa.
Manchester United memang dilanda banyak masalah di musim ini. Pergantian manajer bahkan terjadi di pertengahan musim, menyusul dipecatnya Jose Mourinho.
Ole Gunnar Solskjaer yang ditunjuk sebagai pengganti sempat menebar asa dengan kemenangan beruntun di sejumlah pertandingan. Akan tetapi, sejak United tersingkir di babak 16 besar Liga Champions, performa Paul Pogba dan kawan-kawan tak kunjung membaik.
Baca Juga: Herrera Sebut Solskjaer Manajer yang Tepat bagi Manchester United
Bahkan hingga di laga penutup musim, di mana Setan Merah dipermalukan Cardiff City, tim yang sudah dipastikan turun kasta, dengan dua gol tanpa balas.
"Saya benci kalah, dan saya suka kemenangan," kata Solskjaer.
"Kami mengawalinya dengan fantastis. Para pemain luar biasa ketika saya datang. Kami yakin bisa memenangkan pertandingan. Pemain bersatu dan kami menikmatinya. Tapi, sepak bola itu berat," sambung manajer asal Norwegia.
"Anda tidak bisa mengharapkan semuanya berjalan lancar, karena kenyataannya benar-benar membuat kami terpukul. Kami berkompetisi di liga yang diikuti tim-tim hebat. Kami harus bisa bermain di level tertinggi dan fokus."
"Ada sejumlah pertandingan di mana kami benar-benar fokus, dan hasilnya fantastis. Tapi ada juga momen di mana kami sulit untuk mengembangkan permainan."
Baca Juga: Manchester United dan Juventus Godok Wacana Pertukaran Sanchez - Dybala
Menurut Solskjaer, permainan timnya cukup bagus di akhir musim. Hanya saja kemenangan sulit diraih. Hal itu diakui lelaki yang pernah dijuluki The Babyface Assassin itu saat masih aktif sebagai pemain, memengaruhi mental para pemainnya.
"Bagi kami periode terakhir liga sangat berat. Tapi bukan berarti tim atau pemain tampil buruk," ujar Solskjaer.
"Hanya saja sulit bagi kami. Musim yang panjang ini sangat menguras fisik dan membuat para pemain emosional. Kehilangan manajer di tengah musim tidak pernah muda bagi pemain sepak bola."