Suara.com - Eks manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indaryani memenuhi panggilan Komite Disiplin (Komdis) PSSI terkait pernyataannya dalam acara talkshow televisi swasta soal adanya dugaan match fixing. Lasmi hadir untuk dimintai keterangan oleh Komdis PSSI.
Lasmi menyampaikan beberapa hal termasuk dugaan adanya pengaturan skor di Liga 3 yang kini juga tengah ditangani oleh Tim Satuan Tugas (Satgas) Anti Mafia Bola bentukan Polri.
Lasmi sudah membuat laporan kepada Polri terkait hal tersebut. Alhasil sejauh ini sudah ada lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka yaitu Nurul Fasarid (Wasit), Priyanto, Dwi Irianto alias Mbah Putih (Komdis PSSI), Johar Lin Eng (Exco PSSI), dan mantan wasit futsal Anik Yuni Artika.
Namun, tidak menutup kemungkinan Lasmi dan juga Persibara bakal menerima sanksi dari Komdis PSSI. Pasalnya, Lasmi juga memberikan sejumlah uang agar timnya bisa memenangi pertandingan.
Baca Juga: Septian Satria Sebut Persaingan Lini Depan Timnas U-22 Ketat
Meski demikian, pada akhirnya Persibara kalah dan Lasmi pun membuat laporan kepada Satgas Anti Mafia Bola dengan pasal penipuan. Terkait hal tersebut, Lasmi menerima jika Komdis PSSI memberikan sanksi kepadanya juga Persibara.
"Saya sudah siap dengan sanksi yang akan diberikan jika memang Komdis misalnya memberikan sanksi ke saya dan Persibara. Sebelum itu pun saya sudah mengundurkan diri dari Persibara," kata Lasmi usai pemeriksaan Komdis PSSI di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (8/1/2019).
"Saya masih trauma di sepak bola Indonesia karena selama mafia ini masih ada persepakbolaan kita susah maju," ia menambahkan.
Sementara itu, kuasa hukum Lasmi, Boyamin Saiman menyebutkan klienya sudah iklas jika memang nantinya dapat sanksi dari Komdis PSSI. Namun, ia mengatakan posisinya kliennya tersebut sebagai korban, lantaran ketidaktahuan adanya permainan di pertandingan.
"Begini, kalau toh harus dihukum, kami ikhlas untuk kebaikan sepakbola Indonesia," ujar Boyamin.
Baca Juga: Terlibat Pengaturan Skor, PSMP Dipastikan Tetap Berlaga di Piala Indonesia
"Jadi semata mata istilahnya jangan dikerjai, bukan minta dimenangkan, bukan minta dibantu dimenangkan, bukan, tapi posisinya levelnya itu tadi, berharap tidak dikerjain, ketika tidak tahu apa-apa kita tidak menyerahkan uang."
"Kita selalu dikerjai, selalu dikadali, itu yang kami katakan ke Komdis tadi, kami ini korban jadi kalau tidak ngerti apa-apa selalu kalah, ketika mengadu harusnya ini dibela. Kami seperti dipaksa mengikuti permainan itu agar kami tidak dikerjain, tidak dikadali, tidak jadi korban permainan, entah itu nanti wasit atau pemain yang mengerjai kita."
"Konteksnya itu, Pertanyaan hukumnya apakah kita ini penyuap dan disuap, kita ini korban posisinya. Tapi bagi saya orang hukum siapapun yg terlibat harus dijadikan tersangka. Karena untuk memajukan persepakbolaan Indonesia, ini harus dituntaskan, nanti malah akan lebih kotor lagi," pungkasnya.