Warna - warni Sepak Bola Indonesia di Sepanjang Tahun 2018

Selasa, 25 Desember 2018 | 20:35 WIB
Warna - warni Sepak Bola Indonesia di Sepanjang Tahun 2018
Kolase foto sepak bola Indonesia [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Begitu banyak peristiwa yang mewarnai sepak bola Indonesia di sepanjang tahun 2018. Mulai dari torehan prestasi hingga insiden kontroversial yang masih membumbui sepak bola Tanah Air.

Di tahun 2018, keberingasan juga suporter masih terlihat. Aksi brutal yang berujung dengan pembunuhan masih menodai sepak bola Indonesia tahun ini. Begitu pula dengan skandal pengaturan skor yang mencuat ke permukaan.

Di level Asia, tim nasional Indonesia belum mampu menorehkan prestasi. Minimnya prestasi timnas pun berujung dengan desakan mundur terhadap Ketua Umum PSSI. Berikut sejumlah momen penting yang mewarnai sepak bola Indonesia di sepanjang tahun 2018.

Sejumlah pesepak bola Indonesia berjalan meninggalkan lapangan usai pertandingan melawan Thailand dalam laga lanjutan Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok, Thailand, Sabtu (17/11/2018). Indonesia dikalahkan tuan rumah Thailand dengan skor 4-2. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah pesepak bola Indonesia berjalan meninggalkan lapangan usai pertandingan melawan Thailand dalam laga lanjutan Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok, Thailand, Sabtu (17/11/2018). Indonesia dikalahkan tuan rumah Thailand dengan skor 4-2. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

1. Kegagalan tim nasional Indonesia

Baca Juga: Selain Widodo, Bhayangkara Juga Incar Eks Pelatih Timnas

Dari delapan agenda tim nasional Indonesia dari berbagai kategori umur yang diikuti, hanya satu gelar yang berhasil didapat. Yaitu Piala AFF U-16 2018 yang digelar pada 29 Juli hingga 11 Agustus 2018.

Sementara sisanya, timnas Indonesia gagal memenuhi target yang dibebankan PSSI. Seperti menembus semifinal Asian Games 2018, juara di Piala AFF U-19 2018, juara di Piala AFF 2018, hingga lolos Piala Dunia U-17 dan U-20.

Di Asian Games cabang sepak bola yang digelar tanggal 10 Agustus hingga 1 September 2018, Indonesia hanya mampu bertahan hingga babak 16 besar. Indonesia gagal melaju ke perempat final setelah ditumbangkan Uni Emirat Arab lewat adu penalti dengan skor akhir 3-4.

Sementara di Piala AFF U-19 2018, skuat Garuda Nusantara hanya menempati posisi tiga. Egy Maulana Vikri Cs dikalahkan Malaysia di semifinal.

Begitupun dengan ajang Piala Asia U-16 dan U-19. Kedua tim
nasional tersebut gagal lolos ke semifinal yang merupakan syarat tampil di Piala Dunia U-17 dan U-20. Keduanya hanya mampu bermain di babak perempat final.

Baca Juga: Latih Timnas Indonesia U-22, Indra: Tantangan Pasti Berbeda

Di perempat final, timnas U-16 kalah dari Australia 2-3, sementara U-19 takluk dari Jepang 0-2. Teranyar, di bawah asuhan Bima Sakti timnas Indonesia senior tidak lolos dari babak grup Piala AFF 2018.

Pelatih timnas Indonesia U-22 Luis Milla (kedua kanan) menenangkan pemain seusai bertanding melawan Malaysia di semifinal SEA Games 2017 Kuala Lumpur di Stadion Shah Alam, Malaysia, Sabtu (26/8). [Antara]
Pelatih timnas Indonesia U-22 Luis Milla (kedua kanan) menenangkan pemain seusai bertanding melawan Malaysia di semifinal SEA Games 2017 Kuala Lumpur di Stadion Shah Alam, Malaysia, Sabtu (26/8). [Antara]

2. Gagal membawa pulang Luis Milla

Kegagalan timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018 menjadi penutup kontrak Pelatih Luis Milla Aspas bersama PSSI. PSSI berencana memperpanjang kontrak pelatih asal Spanyol itu hingga SEA Games 2019, setelah mendapat desakan dari masyarakat Indonesia.

Namun, Milla tidak kunjung datang ke Indonesia. Pelatih yang pernah bermain untuk Barcelona dan Real Madrid itu tidak menemui kesepakatan dengan PSSI. Berbagai hal disebut menjadi penyebab mentoknya proses perpanjangan kontrak Milla. Seperti gaji Milla yang belum dibayarkan, hingga desakan PSSI yang ingin Milla langsung datang ke Indonesia.

Alhasil, PSSI pun menunjuk Bima Sakti sebagai pengganti Milla untuk menukangi timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Namun sayang, timnas besutan Bima gagal tampil impresif dan tersingkir di fase grup.

Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

3. Kejayaan Persija Jakarta

Persija Jakarta bisa dibilang menjadi tim yang paling sukses di tahun 2018. Dua trofi dari ajang pra musim dan gelar Liga 1 2018 diborong oleh klub berjuluk Macan Kemayoran di tahun 2018.

Sebelum menjuarai Piala Presiden 2018, skuat kesayangan Jakmania itu berhasil menyabet gelar juara sebuah turnamen berjuluk Boost SportsFix Super Cup 2018 yang digelar di Malaysia. Pasukan Ibu Kota menjadi yang terbaik dari lawan-lawannya yaitu Kelantan FA dan Ratchaburi FC.

Musim 2018, Persija juga ikut kejuaraan di tingkat Asia yakni Piala AFC 2018. Prestasi Persija cukup membanggakan.

Ismed Sofyan dan kawan-kawan lolos hingga babak semifinal zona ASEAN. Di babak tersebut, mereka dikalahkan oleh wakil Singapura Home United dengan agregat 3-6.

Prestasi Persija kian terasa setelah dinobatkan sebagai kampiun Liga 1 2018. Terseok-seok di awal kompetisi, Pasukan Ibu Kota berhasil mematahkan kutukan Piala Presiden, di mana juara turnamen tersebut sulit berbicara banyak di kompetisi sesungguhnya (Liga 1).

Mengumpulkan 62 poin dari 34 pertandingan, Persija keluar sebagai juara. Persija hanya unggul satu poin dari PSM Makassar yang ada di urutan dua klasemen.

Gelar juara yang diraih Persija, membuka pintu bagi Macan Kemayoran untuk berlaga di Liga Champions Asia 2019. Peluang yang sudah 17 tahun dinanti Persija untuk tampil kompetisi kasta tertinggi benua Asia.

Sejumlah pemain PSS Sleman melakukan selebrasi kemenangan setelah mengalahkan Semen Padang pada laga final Liga 2 2018 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/12). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]
Sejumlah pemain PSS Sleman melakukan selebrasi kemenangan setelah mengalahkan Semen Padang pada laga final Liga 2 2018 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/12). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]

4. Penantian Panjang PSS Sleman

Tahun 2018 menjadi akhir penantian Panjang PSS Sleman. Setelah 11 tahun bermain di kompetisi kasta kedua Liga Indonesia, tim berjuluk Super Elang Jawa itu akhirnya berhasil promosi ke Liga 1.

PSS Sleman promosi ke Liga 1 musim depan usai keluar sebagai juara Liga 2 2018 . PSS menjadi juara usai mengalahkan Semen Padang dengan skor 2-0 di partai final.

Prestasi Super Elang Jawa terasa makin lengkap dengan dinobatkannya gelandang Ichsan Pratama, sebagai pemain terbaik.

Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirila di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9). Haringga Sirila meninggal dunia akibat penganiayaan oleh sejumlah oknum pendukung klub sepakbola Persib pada laga lanjutan Liga 1 Minggu (23/9). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Sejumlah pendukung klub sepak bola Persija melakukan ziarah ke makam Haringga Sirila di Indramayu, Jawa Barat, Senin (24/9). Haringga Sirila meninggal dunia akibat penganiayaan oleh sejumlah oknum pendukung klub sepakbola Persib pada laga lanjutan Liga 1 Minggu (23/9). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

5. Lima suporter meregang nyawa

Meski PSSI telah direformasi, di tahun 2018 kebrutalan suporter sepak bola Tanah Air ternyata masih ada. Tercatat, ada lima suporter yang meregang nyawa lantaran fanatisme berlebih. Rivalitas berlebihan antarsuporter yang pada akhirnya membuat nyawa hilang sia-sia.

Lima suporter yang meregang nyawa di tahun 2018 adalah Micko Pratama (13/4/2018), Dhimas Duha Romli (18/4/2018), William Wijaya (4/8/2018), Muhammad Iqbal (27/7/2018), dan Haringga Sirla (23/9/2019).

Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi bersama jajarannya berbicara saat konferensi pers tentang insiden meninggalnya pendukung Persija di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (25/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi bersama jajarannya berbicara saat konferensi pers tentang insiden meninggalnya pendukung Persija di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (25/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

6. #EdyOut

Di tahun 2018, momentum yang melibatkan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi tentu tidak bisa dilupakan. Dari desakan untuk mundur lantaran tim nasional yang minim prestasi hingga pernyataan Edy yang kerap dianggap nyeleneh.

Tagar #EdyOut sempat viral di media sosial. Masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara itu sebagai ketua umum PSSI.

Rangkap jabatan dinilai oleh masyarakat sebagai penyebab beliau tidak fokus dalam membenahi sepak bola Indonesia. Hingga kini, mantan Pangkostrad itu tidak mau mundur sebagai ketua umum PSSI.

Tidak sampai di situ, perkataan Edy yang nyeleneh juga menjadi buah bibir masyarakat Indonesia. Seperti menyalahkan wartawan terkait kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

Aceh United vs PSMP Mojokerto Putra (twitter)
Aceh United vs PSMP Mojokerto Putra (twitter)

7. Pengaturan skor

Match fixing atau pengaturan skor merupakan topik hangat penutup tahun sepak bola Indonesia. Sebuah acara talk show yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta membeberkan kasus-kasus dugaan pengaturan skor pertandingan.

Rata-rata yang terlibat di dalamnya merupakan tim-tim yang berlaga di Liga 3 dan Liga 2 2018. Bahkan, kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2010 kembali diulas pada akhir tahun ini. Apalagi jika bukan karena adanya dugaan pengaturan skor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI