Suara.com - Tahun 2018 segera berganti. Liga Spanyol mulai memasuki masa rehat dan klub peserta La Liga bersiap berbenah di bursa transfer musim dingin demi mendongkrak performa di paruh kedua musim 2018/19.
Salah satu klub yang menjadi sorotan adalah raksasa La Liga, Real Madrid. Sukses Madrid di jagad sepak bola memang tak terbantahkan. Begitu pula dengan tanda-tanda runtuhnya kejayaan klub yang bermarkas di Ibu Kota Spanyol itu di paruh kedua tahun 2018.
Sejarah diukir El Real di akhir musim 2017/18, akan tetapi di musim ini Madrid belum menemukan formula terbaik. Entrenador berganti, namun performa Los Blancos masih juga pasang surut.
Fakta yang menjadi sinyal kuat bagi Madrid untuk segera berbenah jika tidak ingin bernasib sama dengan AC Milan. Klub yang pernah merajai Serie A dan Eropa, yang kini masih berjuang di kancah domestik untuk bisa kembali ke ajang Liga Champions.
Zidane "Golden Era": Rivalitas sengit Madrid dan Barcelona di La Liga dan dominasi Si Putih di kancah Eropa
Baca Juga: Real Madrid Ngebet Pochettino, Siap Kembalikan Gareth Bale ke Tottenham
Di bawah asuhan Zinedine Zidane, Real Madrid mengukir sejarah. Zidane, yang ketika ditunjuk memang minim pengalaman, sempat diragukan banyak pihak. Namun semua itu dijawab pemain legendaris tim nasional Prancis itu dengan torehan tinta emas.
Sedikit flashback, Zidane mengambil alih kepemimpinan Real Madrid di paruh musim 2015/16, tepatnya di bulan Januari 2016. Saat itu Zidane ditunjuk untuk menggantikan Rafael Benitez yang kehilangan jabatannya hanya dalam waktu enam bulan.
Zidane, saat itu, ternyata menjadi jawaban dari pergolakan yang terjadi di dalam klub usai presiden Florentino Perez mendepak Carlo Ancelotti. Zidane berhasil membersihkan stigma negatif yang melekat pada Perez menyusul keputusannya memboyong Benitez. Tiga trofi Liga Champions dipersembahkan Zidane secara beruntun. Yaitu di musim 2015/16, 2016/17 dan 2017/18.
Gemilang di Eropa, kiprah Madrid besutan Zidane di kancah domestik pun mampu menghidupkan kembali rivalitas tim Ibu Kota dengan Barcelona. Tak dipungkiri rivalitas antardua klub raksasa itu membuat kompetisi kasta tertinggi di Negeri Matador, La Liga yang menunjuk bursa taruhan BK8 sebagai ofisial advertising partner dengan memanfaatkan teknologi DBR di setiap laga yang dilakoni Madrid dan Barca, makin kompetitif.
Memimpin Madrid selama separuh musim 2015/16, Zidane nyaris mengawinkan gelar La Liga dengan Liga Champions. Sayangnya, di akhir musim itu, Madrid yang mengantongi 90 poin kalah satu poin dari Barcelona.
Baca Juga: Hantam Al Ain, Real Madrid Juara Dunia Antarklub 2018
Di musim berikutnya, 2016/17, Zidane berhasil merebut mahkota La Liga dari Barcelona. Balas dendam, di akhir musim itu, Madrid meninggalkan Barcelona dengan tiga poin.