Suara.com - Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Gusti Randa mengaku pihaknya mendapat pelajaran terkait perekrutan Luis Milla sebagai pelatih timnas Indonesia. Oleh karenanya, PSSI ke depan tidak ingin terburu-buru dalam penunjukkan pelatih yang akan menukangi tim nasional.
Gusti menyebutkan dalam penunjukkan pelatih ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Seperti biaya, jangka kerja, dan prestasi.
Namun, PSSI dalam hal ini tidak ingin instan dalam penunjukkan pelatih. Oleh karenanya, PSSI banyak belajar dari perekrutan Luis Milla.
Sebagaimana diketahui, PSSI menunjuk Luis Milla untuk Asian Games 2018. Ditunjuk pada 2017, Luis Milla gagal mencapai target yang diemban oleh PSSI.
Baca Juga: Gol Aubameyang Bawa Arsenal Taklukkan Bournemouth
Kontrak Milla yang hanya sampai Asian Games, membuat pelatih asal Spanyol tersebut pulang ke kampung halaman menyusul kegagalan skuat Garuda. Perpanjangan kontrak yang direncanakan pun gagal karena tidak adanya kesepakatan antara Milla dan PSSI.
"Misal begini, ada keinginan dahulu. Keinginan membentuk timnas ini ada prioritas Grade A, B, dan C. Kami ingin pelatih kaliber dunia, punya anggaran besar dan lainnya, itu Grade A. Grade B di bawah itu," kata Gusti Randa usai rapat Exco di Hotel Sultan, Minggu (25/11/2018).
"Keinginan kami adalah kehausan kemenangan negara ini harus terjadi, yang kadang-kadang melakukan langkah instan. Anda pernah dengar dahulu soal naturalisasi, itu mau diambil? Atau kaya Filipina, Sven-Goran Eriksson lalu dua kenegaraan pemainnya."
"Sehingga masalah pelatihnya itu prioritas menurut saya, ke depan tak boleh gitu, kalau bisa pelatih itu jangan cuma 3 bulan atau satu paket turnamen. Kalau bisa panjang berproses. Ya kami dapat pelajaran penting dari Luis Milla," tambahnya.
Usai gagal memperpanjang kontrak Milla, PSSI memilih Bima Sakti. Mantan asisten pelatih Luis Milla itupun gagal membawa timnas Indonesia di Piala AFF 2018.
Baca Juga: Imbang Lawan Filipina, Sven Goran Eriksson Puji Timnas Indonesia
"Bukan kata penyesalan, saat itu mungkin kita tahu ketika Milla tak bisa. Lalu kita lihat asistennya, waktu sebentar saja kan. Waktu itu yang paling sangat mungkin asistennya Milla yang tentu negara Indonesia, ya Bima Sakti."
"Jadi dia dipilih karena itu, kami tak mau mengubah apa yang diajar Milla. Bima-lah yang punya kedekatan personal karena menemani Milla hampir 2 tahun. Kalau kami ambil lain, maka bisa jadi pemainnya bisa diubah bisa 99 persen. Kami tetap pada benang merahnya," pungkasnya.