"Saya berpikir, mengapa kita tidak melakukan sesuatu yang baik untuk Filipina? Mereka sangat rendah dalam peringkat FIFA (116), jadi mari kita coba meningkatkan," tambahnya.
Meskipun demikian meraih kesuksesan mungkin lebih mudah ketimbang merebut perhatian dometik.
Berita kedatangan Eriksson hanya ditempatkan di halaman dalam koran-koran di Filipina, di belakang berita soal pertandingan basket mahasiswa Amerika Serikat dan berita lainnya.
Siaran pertandingan Piala Dunia 2018 lalu di TV kabel Filipina juga tidak terlalu gencar. Sejumlah siaran pertandingan penentuan grup justru diganti dengan pertandingan bola voli lokal.
Baca Juga: 6 Fakta Menarik Timnas Indonesia di Piala AFF
Sejak 2017 Eriksson kembali ke kampung halamannya di Torsby, Swedia, untuk membantu tim lokal di pertandingan yang penontonnya kurang dari 200 orang.
"Itulah yang saya lakukan, kehidupan normal," kata Eriksson yang sudah pernah menanganti klub besar seperti AS Roma, Lazio dan Manchester City. Serta tim nasional Meksiko, Inggris dan Pantai Gading.
"Saya rindu untuk terlibat lagi dalam sepak bola. Saya menangani tim lokal, ini menarik, dan menjadi tantangan untuk membuat peningkatan. Tapi tentunya berbeda jika menangani tim nasional, jadi saya senang dapat kembali (melatih timnas)," tambahnya.
Timnas Filipina sendiri sebagian terdiri atas pemain-pemain kelahiran Eropa, termasuki beberapa mantan anggota tim junior Chelsea, yang menurut Eriksson merupakan hal positif.
Eriksson dikontrak untuk turnamen Piala AFF 2018 di mana Filipina satu grup dengan Thailand, Indonesia, Singapura, dan Timor Leste, serta putaran final Piala Asia di Uni Emirat Arab. (Antara)
Baca Juga: Kilas Balik Piala AFF, Kutukan Ini Masih Hantui Timnas Indonesia