Suara.com - Ketika Sven Goran Eriksson tiba di Filipina untuk memulai tugas sebagai pelatih tim sepak bola nasional negara tersebut akhir pekan lalu, tidak ada kamera-kamera TV yang menyambut kedatangannya, atau pun para fans yang ingin berfoto dan meminta tanda tangannya.
Tugas baru pelatih asal Swedia itu memang cukup kontras dengan reputasi sebelumnya. Ia kini berkiprah di negara dimana olahraga sepak bola kalah populer dengan bola basket.
Namun setelah lima tahun menjadi pelatih kepala tim nasional Inggris dengan berbagai publikasi media yang luar biasa, pria berusia 70 tahun bersuara lembut itu justru menikmati ketidakpopulerannya di Filipina.
"Tidak ada yang mengenal saya, ini sangat-sangat bagus," kata Eriksson sebelum memulai latihan sesi ketiga bersama timnas Filipina yang akan disiapkan untuk kejuaraan Piala AFF dan Piala Asia itu.
Baca Juga: 6 Fakta Menarik Timnas Indonesia di Piala AFF
"Anda lihat, disini bukan negara sepak bola. Jika saya di Inggris atau Italia atau negara lainnya, orang-orang tahu siapa saya. Tapi itu tidak apa-apa, ini sangat menyenangkan," katanya.
Eriksson menangani Azkals, julukan timnas Filipina, satu pekan menjelang jadwal pertandingan yang sangat padat, dimulai dengan Piala AFF (kejuaraan sepak bola Asia Tenggara), dan putaran final Piala Asia yang lebih bergengsi lagi pada Januari tahun depan.
Ia berharap dapat meningkatkan gairah persepakbolaan di Filipina, yang dipicu dari keberhasilan lolos ke putaran final Piala Asia dan kiper Niel Etherigdge yang menjadi kiper asal Asia Tenggara pertama yang bermain di Liga Premier Inggris, yakni di klub Cardiff City.
Eriksson baru-baru ini menolak tawaran tugas melatih timnas Kamerun, yang dikatakannya terlalu melibatkan banyak orang, dan Irak yang berambisi besar untuk menjuarai Piala Asia.
Eriksson menggantikan mantan bek Inggris Terry Butcher yang mengundurkan diri dari jabatan pelatih tim Filipina tanpa sempat melakukan supervisi pada satu pertandingan pun.
Baca Juga: Kilas Balik Piala AFF, Kutukan Ini Masih Hantui Timnas Indonesia
"Ini sesuatu yang baru bagi saya. Ini negara dengan penduduk lebih dari 100 juta dan sepak bola bukan olahraga utama di masyarakatnya. Saya ingin mencoba untuk membuat sepak bola menjadi penting," katanya.